Tetapi, disini banyak wanita memberikan senyum ramahnya kepada Mas Jibril. Tentu hal tersebut sangat mengesankan. Banyak lagi cerita-cerita dari Mas Jibril yang menjadi bagian dari tamu yang tak terduga di Mocopat Syafaat. Tentu semuanya disambut dengan hangat dan penuh kemesraan yang ingin mampir pulang ke rumah.
Malu terhadap keasliannya. Dilengkapi dengan puisi "Anomali Absurd" dimana ada satu baris sajak yang begitu melekat "menunggu tidak di ruang tunggu, lha absurd tho?" celoteh Mbah Mus di pusaran sepertiga malam mampu membuat keintiman seperti ini.
DI akhir sesi juga terdapat salah satu jamaah maiyah dari Wonogiri. Seorang ibu-ibu yang sudah mengikuti maiyah kurang lebih dari tahun 2017 dan sudah mengembarai beberapa versi islam sebelum bertemu dengan maiyah.Â
Tidak ada kegembiraan sembari mendapatkan pembelajaran seperti di maiyah menurut beliau. "Saya disini cuma numpang bahagia." Kata beliau. Kata-kata numpang bahagia tersebut juga sedikit menghentakkan saya pribadi yang juga sedang dan selalu numpang bahagia dengan sebebas-bebasnya.Â
Hanya saja, maukah kita membalas kebahagiaan tersebut sebagai salah satu ungkapan terima kasih? Sanggupkah? Sekalipun Mbah Nun tidak mengharapkan pembalasan apapun.
Sebelum acara ditutup, Mas Sabrang sedikit menyampaikan sebuah pesan jika semua pengetahuan itu berguna, hanya saja kita tidak mengetahui kapan bergunanya. Dan dari semua pengetahuan yang sudah dipelajari tersebut, semua pasti membentuk titik-titik yang pasti berhubungan satu sama lain.Â
"Warzuqni fahmaa, pemahaman itu rejeki. Maka dari itu kita juga mesti bisa berdamai dengan ketidaktahuan." Kata Mas Sabrang. Acara pun diakhiri sekitar pukul 03.00 dini hari.