Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Shifwa "Bukan" Muslimah

2 Maret 2019   11:50 Diperbarui: 2 Maret 2019   12:24 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. Windri Astriyani

Shifwa hanya salah satu dari beberapa manusia yang sekiranya tidak bangga sama sekali memamerkan bahwa saya adalah seorang muslimah. Berat, kata hatinya. Shifwa lebih suka dianggap belum muslimah karena hal tersebut lebih memperingan tanggung jawabnya tanpa label tersebut. Shifwa mencoba selalu sembunyikan hal-hal yang dapat membuatnya dicap sebagai seorang muslimah.

Hal itu merupakan urusan pribadinya sama Gusti Allah, bukan untuk dipamerkan, apalagi dibuat demo atas nama "bela" agama atau yang sejenisnya. Dada mereka menggebu-gebu seakan Tuhan akan senang jika dibela. Apa karena imankah? Pahalakah? Menegakkan kebaikankah?  Kebenarankah? Atau terjebak dalam strategi politik? Yang jadi pertanyaan terbesar apakah mereka benar-benar mengenal Tuhan dan kekasihnya?

Shifwa sangat tidak mengerti kenapa mereka bisa sangat dengan lantang membela agamanya disaat ia selalu sembunyi berdaulat dengan dirinya sendiri. Ataukah Shifwa bermasalah dengan mental? Tapi, selama Shifwa mengamati  mereka, ia sangat bisa meyakini kalau mereka hanya berani berkelompok, mengandalkan komunitas agamanya, ormas agamanya, atau laskar-laskar keagamaannya. Mengapa mereka memberi label atas nama agama? karena butuh eksistensi? Apakah islam butuh eksistensi?

Setahu Shifwa yang selalu merasa cetek, islam tidak butuh kemenangan dengan dengan pembelaan-pembelaan seperti itu. kenapa pasti mendemo jika Allah murka atas suatu tindakan biarkan saja dperingatkan secara langsung. Manusia cukup dengan meminta pernyataan, dan mengakui kesalahan. Janganlah terlalu membesar-besarkan masalah yang mengakibatkan perpecahan.

Solah-olah Al Bayyina sedang memaparkan secara gamblang apa yang akan terjadi. Apakah segala yang dilakukan adalah benih kebajikan? Lalu akan datang bukti nyata seperti apa lagi jika para ahli kitab memamerkan diri dengan merasa benar atas kebenaran yang dianggapnya benar? apakah ini yang namanya terpecah belah?

Ataukah akan ada generasi baru yang memungkinkan adanya metode pengamanan yang bisa memeluk segala nafsu kebenaran? Akankah dengan melantangkan jihad kami harus takut disaat melihat kalian jihad melawan diri sendiri saja masih belum menghayati. Tidakkah kalian sadar kalau kalian telah memasuki lingkaran kebencian? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu selalu muncul dalam benak Shifwa. Hingga ia mencurahkan perasaannya kedalam puisi.

"Tuhan, seakan aku hanya ingin berlari

Menjauh dari arena kebenaran yang sedang diperebutkan

Andai bisa aku menawar antara hidup dan mati

biarkan saja aku mati

Asal mereka bisa saling menyayangi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun