Pancasila merupakan 5 dasar ideologi ataupun sistem kenegaraan yang terdapat hanya di Indonesia. Â Yang dengan kacamata kemanusiaan, kelima sila tersebut seharusnya sudah dapat menampung segala aspirasi yang dibutuhkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
5 rukun bernegara yang seharusnya dapat mensejahterakan segala masyarakat yang terdapat di dalamnya. Dengan Tuhan Yang Maha Esa-nya, dengan kemanusiaan yang adil dan beradabnya, dengan persatuan Indonesianya, dengan kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilannya, dan dengan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesianya.
Rumus pancasila sebegitu saktinya sampai anak TK di negeri itu pun sudah harus menghafal kelima sila tersebut. Kerukunan sangat tergambar dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Tetap tersenyum tanpa ada kasta sosial.
Semua seperti berjalan sesuai tujuan perumusan pancasila itu sendiri. Keadaan negeri yang sedang terjerembab di kemodernan zaman ini sedang mabuk dengan doktrinisasi kebenaran atau perdagangan agamanya, sehingga terjadi perpecahan antara radikal dan moderat.
Pancasila seakan telah menghilang dalam kemutakhiran android, tenggelam dalam lautan keegoisan akan kebenaran. Pancasila seakan hanya tinggal menjadi hiasan dinding wajib bagi institusi pemerintahan.Â
Hingga tercetus ide dari salah satu ormas untuk merubah pancasila dengan alasan hal itu tidak sesuai dengan syariat. Sampai pada akhirnya terbentuklah perpu ormas yang ingin mengganti pancasila.
 Pancasila dibutuhkan akan tetapi hanya dianggap sebelah mata. Antara ironis atau tragis. Semua mengamalkan atau hanya berpura-pura. Semua mewajibkan atau hanya bualan sandiwara. Semua sila hanya kata-kata yang sungguh menyentuh.
 Bhineka tunggal ika mulai luntur termakan oleh ekstrimis kebangsaan yang mengatasnamakan Tuhan. Pancasila mulai goyah diterpa oleh sistem-sistem yang mengatasnamakan "khilafah" akan tetapi sangat rakus oleh kekuasaan.Â
Jiwa-jiwa yang rindu kemenangan karena selama ini merasa terdholimi karena tidak kebagian kekuasaan mulai menemukan jalan untuk menumbangkan sang lawan.
Secara tidak terasa persatuan mulai goyah dengan seruan "Allahu Akbar!". Seakan tidak mau percaya oleh janji kemenangan yang dijanjikan Yang Maha Akbar. Mulailah mereka memanggil-manggil, ber-playing victim terhadap masyarakat. Tapi, Tuhan Maha Mengatahui.
Mereka yang menunggangi agama dengan tujuan berpolitiknya seakan-akan dibiarkan oleh Tuhan karena merasa kasihan terhadap ketidaktahuan sebagian besar para pengikutnya. Yang benar-benar merindukan kehadirat Tuhan atas negara tersebut. Disaat sebagian besar waktu Tuhan telah dihabiskan di tempat sepenggal surga tersebut, katanya.