Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keistimewaan Murid adalah Buah Keistimewaan Gurunya

12 Januari 2019   10:20 Diperbarui: 12 Januari 2019   10:39 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir setiap malam ketika mencari ilmu, Diiringi begitu banyak kerlap kerlip cahaya berkemilau menggantung di atas langit. Menitikan kemesraan untuk menemani sebuah perjalanan dalam kegelapan. Bukan hanya cahaya itu saja yang nampak dalam kegelapan, tapi ada beberapa cahaya yang akan sangat nampak ketika berada dalam gelap. Tanpa tahu akan arti mengapa ia baru muncul atau memang sengaja bersembunyi.

Disaat pendidikan hanya mengajarkan proses pembelajaran dalam terang. Tapi laku diri lebih banyak mendapatkan pelajaran dari remang malam. Hanya saja, sekarang semua serba terbalik. Tidaklah mungkin malam akan mengalahkan siang, hingga gelap selalu menyelimuti, begitupun sebaliknya, terik siang pun tak bisa mengalahkan kedinginan Sang Malam. Hanya demi mencari sebuah ilmu dari Maha Mengetahui. Sumber segala cahaya dan pengetahuan.

Dari jutaan cahaya yang terlihat, jika ada satu saja  yang membalas tatapan kita dan mencurahkan ilmunya pun tentu akan menjadi sebuah kebahagiaan. Ada sebuah ruang tersendiri dimana banyak mempertemukan orang-orang yang diberi petunjuk, bahkan orang-orang yang saling bertemu karena cinta di jalan yang sama. 

Sebuah ruang belajar bersama yang sering disebut sebagai Maiyah. Mengenalkan kepada puluhan bahkan ratusan kilau rona cahayanya. Sehingga sering meninggalkan bekas kerinduan  tersendiri untuk kembali datang mencari ilmu atau sekedar mengobati rasa rindu yang menggebu.

Adanya keistimewaan ini tidak terbentuk begitu saja. Hal seperti ini terjadi di Maiyah karena adanya keistimewaan khusus dari Guru kita-Mbah Nun- yang selalu mencurahkan kasih sayangnya kepada kita semua. Yang selalu ikhlas menemani sepanjang malam dengan asupan ilmunya dan keikhlasan senyumnya. 

Bahkan dalam raut wajah beliau sangat nampak cucuran air mata kerinduan yang ditahan demi membahagiakan orang yang sedang kelaparan ilmu, dengan beragam kegalauan yang mereka bawa, dengan kompleksitas masalah yang berbeda-beda pula.

Karena mereka semua merasa terobati dan bahagia walau hanya dengan sebuah kenikmatan saat melihat Mbah Nun. Ada pula yang selalu setia menemani kemanapun Simbah diundang acara sinau bareng karena mulai adanya sebuah rasa ketakutan yang tumbuh di relung hatinya seolah akan berpisah dengan beliau. Kalau diperhatikan lebih lanjut, bagaimana seorang guru telah bersemayam dalam diri mereka. Mereka berada dalam ruang untuk saling mencurahkan cinta dan kasih sayang.

Sumber : caknun.com
Sumber : caknun.com
Ruang Maiyah bagai manifestasi citra Tuhan yang terejawantahkan dalam variasi cahaya yang memiliki khas kemilaunya masing-masing. Seakan-akan Tuhan ingin dikenali dengan menciptakan manusia di dalam citranya sendiri melalui variasi cahaya tersebut. 

Benar ataupun salah sudah sudah menjadi bagian dalam ruang tersebut. Kita hanya sadar, terkadang kita sendiri tidak mengetahui bahwa ada pelacur yang tinggal di 'rumah sendiri'. Hingga kita tak pernah sekalipun berani mengklaim surga, atau kita benar dengan mengkafirkan yang lain. Karena kita belum pernah melangkahkan kaki sejengkalpun untuk bisa dikatakan merasakan surga.

Bukankah kita juga sering terjebak dalam pertanyaan tentang dimana letak Tuhan? Alih-alih menjawab, kalau kita mencermati pertanyaan tersebut, kata 'dimana' sudah mengacu pada asumsi bahwa Tuhan berada di suatu tempat. Apakah benar Tuhan seperti itu? Apakah benar Tuhan berada di surga? Ketika surga sendiri tidak mampu meliputi Tuhan, melainkan Tuhan lah yang meliputi surga-Nya. 

Ibarat sebuah kereta yang sedang melaju, yang terlihat adalah gerbong-gerbong yang beriringan, sempatkah kalian berpikir jika tanpa seorang masinins, gerbong-gerbong itu tak akan pernah melaju? Karena sangat mudah bagi seorang masinis untuk mencelakakan keselamatan seluruh penumpang, sebagaimana Tuhan jika ingin mennyesatkan ke dalam gerbong neraka-Nya sangatlah mudah. Tapi segala materi yang ada di gerbong tiada pernah menyadari bahwa segalanya ada di kendala seorang masinis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun