Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Unfollow (Me)?

8 Januari 2019   12:12 Diperbarui: 8 Januari 2019   12:17 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
childcareprofessionals.com

Hidup adalah sebuah proses, manakala kita harus dihadapkan dengan sebuah persoalan untuk menapaki langkah sebuah kemajuan yang terbungkus rapi dalam jenjang pembelajaran. Bukan masalah hasilnya, tapi bagaimana kita bisa memaknai bahwa itu adalah proses. Bukankah sering ditekankan bahwa kewajiban kita adalah mencari ilmu, bukan mendapatkan ilmu? dengan kata lain, mencari adalah sebuah proses, sedang mendapatkan pasti berbentuk hasil.

Untuk mencari ilmu pun kita mesti mengetahui trayek mana yang akan kita tuju. Di saat kita ingin menuju ke Semarang, setelah naik angkot sampai ke Secang, kita menaiki angkot menuju ke Tegalrejo, misalnya. Setelah sampai tanpa tahu kemana langkah selanjutnya dalam berproses, kita akan terjebak di Magelang terus-menerus. Dalam kasus proses sinau bareng pun, setidaknya ada pondasi berfikir semacam itu. Jika sebelumnya kita belajar tentang menjadi air, lantas hal apa yang akan di unfollow?

Proses sinau bareng tentunya tidak hanya melibatkan sebagian orang, tapi semua yang berada dalam ruang tersebut. Walaupun berangkat dengan tendensi tujuan yang berbeda-beda, harapannya semua pulang dengan memiliki sangu yang sama. Walaupun tegantung seberapa besar keranjang ilmu yang dibawa menuju pasar sinau bareng. Sebuah misi yang paling umum dalam ruang ini adalah ukhuwah. Misi ini adalah kendaraan yang akhirnya mempertemukan. Tapi bisakah ada kesadaran membawa keranjang ilmu, sekecil apapun itu.

Bahwa Allah pun mengijinkan kita untuk menembus 7 lapis langit-Nya dengan sulthon. Yang tentunya tiap lapis memiliki kadar sulthon yang mesti dicapai. Itu baru langit, belum cahaya. Bahkan sebuah pengetahuan akan mandeg jika hanya berdasar realitas, tentu harus dibarengi dengan pengetahuan psikis atau spiritual yang nantinya akan membawa ke pengetahuan holistik. Dalam konteks ini Syekh Nursamba mendefinisikan dengan ilmu makrifat.

Sebuah air layaknya memiliki arus, mengalir. Dengan catatan ada tempat yang lebih rendah. Selayaknya konteks persoalan tidak langsung kita eliminasi tanpa tahu kerendahan. Jika dalam ruang media sosial, arusnya berbeda. Bukan lagi informasi yang diutamakan, akan tetapi bagaimana arus itu akan mengarah ke sebuah puncak. Hingga menjadi trend di kalangan dunia maya. Kita memaknai hal semacam itu dengan penyempitan makna dan yang lebih parah mesti menjatuhkan saingannya dengan menebar kebencian. Dimana hal itu merupakan sebuah pembelaan karena kita tidak bisa mengikuti arus dalam bermedia sosial. Sebuah kegagalan jika kita memposisikan diri sebagai air.

Tidak ada opsi unfollow jika kita bermedia sosial layaknya air. Yang pada akhirnya idealisme berfikir kita mesti bertabrakan dengan mereka yang telah hanyut dalam arus kebenaran. Salah satu kesalahan fatal jika kita memaksakan sebuah kebenaran dalam bermedia sosial. Semua berpijak pada kiblatnya masing-masing. Tapi ruang ini sangatlah besar. Salah satu tombol unfollow tersebut ada di dalam diri kita sendiri, bukan pada laman yang tersedia pada sebuah aplikasi media sosial. Kenapa?

www.yourquote.in
www.yourquote.in
Lalu jika kebenaran yang dicari dalam mencari sebuah informasi apakah kita mesti mempercayai seorang ahli kitab lantas memfollownya? Belum tentu, karena menurut informasi Tuhan "Lam yakunilladzina kafaruu min ahlil-kitabi wal musyrikina munfakkina hatta ta'tiyahumul bayyinah." Ini membuktikan jika para ahli kitab pun masih sangat memiliki kemungkinan salah. Arus ini memang sudah semestinya terjadi jika air bertemu dengan angin, terjadilah gelombang naik dan turun disaat sifat air itu sendiri seharusnya datar.

Unfollow adalah bagaimana proses untuk tetap tenang, tak terpengaruh angin yang datang. Tak terjerumus dalam lingkaran kebencian bahkan taqlid subjektivitas kebenaran. Unfollow diri adalah proses peniadaan diri, hingga meleburkan eksistensi. Dengan itu, kita akan melihat segala af'al Tuhan, terutama kasih sayangnya yang terbungkus dalam berbagai rona permasalahan. Jika semua dirasa tidak ada daya untuk diikuti, mintalah fatwa kepada hatimu. Pesan Rasul ini sarat makna. Dimana segumpal daging itu akan mempengaruhi keseluruhan diri kita. Tinggal bagaimana kita mendewasakan hati kita. Jika hanya perut yang dipikirkan, jangan harap hatimu juga akan kenyang sebagai syarat untuk dapat tumbuh dewasa. Dengan hal baik tentunya, wallahu'alam.

23 Desember 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun