Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

PSSI dan Fans, Maunya Apa?

29 November 2018   16:18 Diperbarui: 29 November 2018   16:30 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fenomana persepakbolaan negeri ini sedang dilanda kecemasan. PSSI yang menjadi wadah persepakboaan Indonesia tidak bisa menenangkan hagemoni publik --terutama penggemar sepakbola- akan perbaikan organisasi tersebut. Mengingat kondisi timnas sepakbola Indonesia yang prestasinya tidak sesuai ekspetasi atau justru perkembangan sepakbola di negeri ini tertinggal jauh dari tetangga-tetangga kita.

Kalau fokus yang diperhatikan adalah perkembangan, memang yang paling bertanggung jawab atas perkembangan sepakbola tentunya adalah PSSI yang menjadi wadah olahraga paling populer tersebut. Tapi apa mau dikata, dilihat dari struktur kepengurusannya saja belum pas, mengingat ketua dari organisasi tersebut merangkap jabatan sebagai Gubernur juga. 

Jadi, statement-statement beliau yang sering viral, seperti "jika wartawannya baik, maka timnasnya pun baik" itu pun menurut saya sangat wajar. Beliau pasti sangat pusing dengan rangkap jabatannya, sehingga apa yang terlontar pun tidak sesuai ekspetasi yang diharapkan selaku ketua PSSI.

Basic pertanyaan tentang persepakbolaan ketika ditanya, justru beliau menjawab layaknya seorang penguasa, "apa hak anda bertanya pada saya?" sungguh sangat jelas beliau mungkin terlalu lelah dengan pertanyaan-pertanyaan yang lontar pasti diajukan karena beliau adalah seorang pemimpin. Ketika rakyat menggaji pembantunya tapi ketika rakyat bertanya "sudah dirapiin belum kamarnya?" Tapi dijawab "apa hak anda bertanya?"

 Kan, itu sangat paradoks. Atau mungkin pembantu kita sedang mencoba mengajak kita untuk bercanda. Tapi, ah sudahlaah..... ketika pemimpinnya seperti itu, buat apa berharap banyak kepada organisasi yang diurusnya karena pilihannya hanya dua, berharap keajaiban atau siap-siap di PHP.

Terlepas dari seorang delegasi utusan yang dipercaya rakyat suatu daerah tersebut, ketika fans sepakbola mengutarakan "PSSI bisa apa?" sebenarnya agak rancu. Kalau kita mengerti wadah sepakbolanya seperti itu ya ngapain mesti berharap banyak. Sudah sepantasnya negeri ini tidak lolos grup piala AFF kemarin, mengingat keadaan persepakbolaan negeri yang, terutama wadahnya yang selalu bias.

Sepakbola itu kan hobi, bukan eksistensi. Kalau hobi itu kan dilandasi cinta, dan kalau sudah cinta tentu menang atau kalah sudah bukan menjadi masalah. Tapi beda maknanya kalau sepakbola juga dimaknai sebuah eksistensi. Apalagi itu sebuah keharusan yang mesti dicapai. Diukur dengan parameter apapun jika targetnya adalah juara, itu sepertinya agak kurang pas. 

Misalkan saja, PSSI apa pernah menyediakan lapangan bagi masyarakat yang hobi sepakbola dengan memperbaiki infrastruktur tentang kualitas rumput, ukuran standar lapangan. Bagaimana kita bisa juara di lapangan berstandar internasional dikala kita sering bermain di lapangan becek dan tidak rata.

Ya, sangat maklum jika timnas negara tercinta ini terakhir juara di tahun 90an, itu pun pada level ASEAN. Ini permainan yang membutuhkan kerjasama baik teknis maupun non teknis. Selebihnya, tak lebih hanya ikut memeriahkan sembari berbenah. 

Tapi sepertinya sepakbola itu sendiri bukan sekedar hobi dan eksistensi, sepakbola juga merupakan lahan basah untuk berbisnis. Entah PSSI selama ini serius berbenah atau hanya sekedar berbisnis yang penting menguntungkan para pemegang jabatan penting di wadah tersebut.

Secara pribadi, bersyukurlah yang hobi sepakbola tidak perlu legitimasi khusus dari PSSI untuk bermain sepakbola. Kita tidak perlu persetujuan PSSI juga untuk tetap mendukung timnas. Justru kebanyakan kita bersedekah dengan membeli tiket untuk mendukung langsung pertandingan timnas. Yang penting bisa mendukung langsung terlebih dahula karena kecintaan kita, soal menang kalah itu urusan belakangan, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun