Mohon tunggu...
Eta Rahayu
Eta Rahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Urban Planner | Pemerhati Kota | Content Writer | www.etarahayu.com

Hidup tidak membiarkan satu orangpun lolos untuk cuma jadi penonton. #dee #petir etha_tata@yahoo.com | IG: @etaaray

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menakar Budaya Antre, Bagaimana Peran Masyarakat?

14 Agustus 2018   09:05 Diperbarui: 15 Agustus 2018   04:10 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita dengan gegap gempita memperingati Hari Anak Nasional, setiap tahun kita rayakan pada 23 Juli. Tapi di sisi lain kita juga meluputkan perhatian akan sikap kita terhadap anak-anak yang mungkin saja bisa mereka tiru kelak dewasa. Banyak yang lupa bahwa esensi dari menyampaikan pendidikan pada anak adalah dengan memberi contoh. Termasuk dalam hal antre.

Antre adalah kegiatan sederhana. Namun nyatanya, bukan sekali dua kali kita mendengar ricuhnya suatu event karena gagalnya antrean. Bahkan, tidak hanya di event tertentu. 

Dalam keseharian, kadang serobot antrean juga terjadi di kasir-kasir supermarket, di stasiun juga terminal. Padahal, mereka yang mengantre mayoritas adalah orang dewasa. Jika para orang dewasa tak bisa mengantre, lantas siapa figur anak-anak dalam praktik mengantre?

Kebijakan Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan

Salah besar bila banyak yang berfikir bahwa pendidikan hanya terjadi di sekolah. Dalam kehidupan keluarga juga kehidupan bermasyarakat, proses transfer ilmu juga terjadi. Bedanya, ilmu yang diajarkan berkaitan dengan praktik. Ini lebih krusial. Hal-hal yang telah dipelajari di sekolah dipraktikkan dalam keseharian. Dan proses ini membutuhkan peran dari seluruh lapisan masyarakat.

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat memiliki program dan kebijakan berupa mendorong peran keluarga dan masyarakat dalam mendukung pendidikan anak di satuan pendidikan.

Program dan kebijakan ini senada dengan visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu "terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dengan berlandaskan gotong royong". Itu mengapa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan aturan yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Nomor 30 tahun 2017 tentang Pelibatan Keluarga dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jelas, peraturan ini mencirikan bahwa peran masyarakat dan keluarga begitu penting dalam proses pendidikan anak.

Proses Antri di Suatu Instansi [Dokpri.]
Proses Antri di Suatu Instansi [Dokpri.]
Pentingnya Budaya Antre

Antre bukan ilmu yang bisa dipelajari secara instan seperti 2 kali 2 sama dengan 4. Namun ilmu antre butuh proses. Butuh praktik dan butuh teladan agar nilainya bisa bersemayam dalam diri dan menjadi kebiasaan baik. Kebiasaan antre ini nantinya yang akan membudaya.

Antre adalah tentang etika yang punya makna hebat bagi kehidupan. Baik bagi diri sendiri atau bagi masyarakat. Dalam proses antre, ada banyak nilai-nilai tersirat juga tersurat yang menjadikan pribadi lebih bijak. Dengan antre, seorang anak dapat belajar sabar, jujur dan disiplin.

Seorang anak juga akan belajar bagaimana menghormati hak-hak orang lain, yaitu hak mereka yang telah mengantre lebih dahulu. Nilai-nilai ini begitu penting.

Dari sana, manajemen waktu juga akan lebih terbentuk. Karena bila ingin mendapat sesuatu terlebih dahulu, maka seseorang harus datang lebih awal. Dan pada akhirnya, rasa malu juga akan tertanam dalam diri bila seorang anak yang sudah mengerti esensi dari antre tersebut menyerobot antrean.

Jepang adalah negara dengan ketepatan waktu yang luar biasa. Negara matahari terbit itu memang menjadi kiblat etika. Banyak yang mengagumi proses pendidikan anak disana. Dan untuk bisa menjadi negara dengan budaya malu juga budaya antre yang telah mendarah daging seperti itu, pendidikan moral pada anak menjadi kunci. Pada anak-anak sekolah dasar, pelajaran utama mereka adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan etika dan moral. Antre salah satunya. Jika Jepang saja bisa, Indonesia juga seharusnya bisa!

Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan Anak di Satuan Pendidikan

Keberhasilan Jepang dalam menanamkan etika antre pada anak-anak tidak lepas dari teladan masyarakat Jepang dalam keseharian. Di Jepang, ilmu antre bukan hanya ilmu diatas kertas, namun benar-benar diterapkan. Di stasiun, di supermarket, di tempat bermain, dan berbagai tempat lain di Jepang, antre menjadi kebiasaan tanpa pikir lagi. Semuanya sudah tersistem karena antre sudah menjadi bagian dari pribadi diri.

Bayangkan bila dalam proses pembelajaran antre ini, masyarakat tidak ikut mengamalkan?

Jelas, sia-sia.

Jika masyarakat abai, maka proses pengamalan ilmu antre ini hanya sekedar teori. Padahal, antre menjadi ilmu dasar yang begitu penting bagi kehidupan anak-anak kelak ketika sudah dewasa. Maka, penting bagi masyarakat agar sadar bahwa partisipasi dalam dunia pendidikan anak begitu lekat dengan kegiatan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun