Mohon tunggu...
Tatang Guritno
Tatang Guritno Mohon Tunggu... mahasiswa -

biar makna tersirat rapi di bawah rangkaian kata penuh arti

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

NBA Finals, Game 1: Jadilah Cadangan Berkualitas!

5 Juni 2016   12:33 Diperbarui: 5 Juni 2016   13:13 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Apa yang menarik dari game 1 final NBA 2016? Jawabannya adalah redupnya pemain bintang dan munculnya pemain cadangan brilian. Tentu statemen saya itu bukan ditujukan untuk squad asuhan Tyronn Lue, Cleveland Cavaliers. Tapi ini soal para barisan bench Golden State Warriors yang ternyata performanya gagal di antisipasi oleh pemain-pemain sekaliber LeBron James.

Mari sedikit sharing. Saya adalah penggemar bola basket. Saya juga cukup bisa bermain dengan skill seadanya. Namun sepanjang perjalanan karier basket saya yang biasa atau seperti pada umumnya ini, saya jarang berada di barisan inti. Mungkin jika diingat dipilih menjadi starting lineups tidak lebih dari 10 kali dalam hidup.

 Dinamikanya pun berjalan naik turun. Ketika saya berada di bangku SMP dan SMA, saya berlatih keras dan berpikir bahwa, “ Saya harus menjadi pemain inti!” Tapi setelah berjalannya waktu, justru saya sendiri yang tidak enjoy. Karena memang akhirnya meski menjadi cadangan saya bermain as a sixth player on the team. Saya pasti bermain, dengan minutes play hampir sama dengan pemain inti lainnya ketika berada di bangku SMA.

Berpindah ke masa kuliah, meski tidak lagi menjadi pemain ke enam dalam tim, tapi saya makin memahami peran bahwa bermain di bangku cadangan bukan berarti kamu lebih jelek secara skill oleh teman-teman satu tim kamu yang dipilih menjadi starter. No. Tidak sama sekali. Perbedaan skillnya tipis, pertimbangan pelatih selanjutnya mungkin juga menyoal tentang chemistry.

Saya sering sekali mendapatkan banyak keluhan dari teman-teman sesame pecinta basket. Mereka sering bilang, “ Ah latihan berat aku juga enggak main” kadangkala juga ada yang bilang “ cadangan mati doang bro” atau “ last minutes aja mainnya”.

Beruntungnya saya berada di sebuah tim fakultas dengan persaudaraan yang begitu kental. Pemain inti tidak pernah merasa bahwa bench player adalah sekedar pemain cadangan. Begitu pun para bench player, kita berlatih mati-matian seperti layaknya pemain inti. Tidak ada perbedaan perilaku dari coach untuk kami. Dua belas pemain di lapangan harus siap.

Jadi kembali lagi ke Final NBA yang bersejarah ini, mari melihat statistik bench player kedua tim. Golden State menjadi begitu ciamik karena big three bench player mereka, Andre Iguodala, Leandro Barbosa, dan tentu pencetak skor terbanyak dalam tim Shaun Livingston.

Andre Iguodala tak perlu ditanya, sebagai salah satu yang tertua di tim, Andre memiliki cara bermain yang dewasa. Bahkan Steve Kerr memuji penampilannya dengan berkata, “ Andre memahami peran, dia bermain luar biasa, dia tahu angle bermain. Dia paham mengantisipasi serangan lawan,” ucap Kerr.

Iguodala bahkan menjadi MVP Final pada tahun 2015. Tangannya yang panjang membuat kemampuan defense Andre begitu luar biasa dalam menghadapi LeBron atau helping defense rekan satu timnya. Shaun Livingston bagaimana? 20 points of the bench. Curry dan Thompson yang begitu sempurna ketika berhadapan dengan OKC di final wilayah, bahkan tak sampai memberi point sebanyak itu. Curry hanya mampu mengemas 11 poin, Thompson hadir dengan 9 poin. Livingston memiliki fisik hampir sama dengan Sandy (keceng) Febriansyah, shooting guard CLS Knight Surabaya. Namun perbedaannya, Sandy starter, dan memiliki kemampuan 3 points. Sedangkan Livingston bench player, dengan kemampuan  post play, dan medium shoot.

               Tapi kemampuan itu  begitu menonjol di game pertama. Livingston begitu mudah memasukkan medium shoot di sekitar free throw area Cavaliers. Kerap kali shootingnya dilakukan di depan pemain yang secara tinggi badan melebihi dirinya. Namun patern shoot Livingston yang memanfaatkan panjang tangannya di udara dan meletakkan cara shooting di titik tertinggi jumpingnya membuat defender lawan mati kutu. Player of the game malam itu tentu Shaun Livingston dengan 27 menit bermain dan menghasilkan poin 8 dari 10 tembakan, total 20 poin yang diberikannya malam itu.

               Leandro Barbosa juga kelewat on fire. Presentase field goals nya 100%! Dengan hanya bermain 11 menit, Barbosa tak pernah sekalipun gagal dalam melesatkan tembakan. Dia sukses mencetak 5 kali shooting dari 5 kali percobaan. Jika di had to had kan dengan sesame bench player di Cavaliers, Barbosa sangat ciamik. Lihatlah bagaimana JR. Smith dan Iman Shumpert hanya memberi sumbangan 3 poin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun