Di lapangan rumput Central mereka adalah campuran antara pekerja migran Indonesia dan pekerja migran filipina, sementara yang di bawah tower HSBC hampir 99,9 % nya merupakan migran dari Filipina. Pada umumnya pekerja yang dari Filipin mempunyai pendidikan yang mencukupi dan memiliki ketrampilan berbahasa Inggris lebih baik dibandingkan dengan pekerja dari Indonesia, sehingga tidak heran apabila majikan di Hong Kong akan mengambil pekerja dari Filipin untuk mengajari anaknya berbahasa Inggris.Â
Sedangkan, pekerja yang berasal dari Indonesia lebih pandai berbicara bahasa Kantonis dibandingkan pekerja Filipina. Tidak heran jika kebanyakan yang menjaga lansia ataupun warga Hong Kong yang tidak berbicara dengan menggunakan Bahasa Inggris mereka akan mengambil pekerja dari Indonesia.
Disebut taman bobo karena di sini merupakan tempat berkumpulnya bobo- bobo atau lansia. Jika kita perhatikan dengan baik, kita akan melihat diantara mereka ada yang sedang tiduran. Pertanyaannya bagaimana bisa mereka tiduran begitu saja, kenapa tidak mencari tempat yang lebih baik dan nyaman?
Saya pribadi setiap kali melihat beberapa teman ada yang tiduran di ruangan terbuka ketika hari libur, saya bisa memahami keadaannya. Pekerjaan di rumah sangat banyak, hampir tiap hari kurang tidur, ditambah lagi bisa jadi di rumahnya tidak mempunyai kamar pribadi mungkin harus tidur di lantai yang mau tidak mau hanya bisa tidur di malam hari saja setelah semua keluarga di rumah majikan masuk di  kamarnya masing- masing, saya sendiri dulu sudah mengalaminya tidur di lantai selama 13 bulan.Â
Berhubung rumah majikan kecil, ketika hari libur majikan mau pekerjanya keluar rumah dan seolah mengharuskan pekerjanya untuk libur sebab mereka tidak mau mengganti uang apabila pekerjanya tidak mengambil libur dan tetap bekerja. Sungguh aneh tapi nyata ya...
Suatu ketika saya berjalan melewati sebuah jalan di Mong Kok dan saya dapati gambar seperti di atas, hati saya terenyuh bercampur haru melihat pemandangan tersebut. Sebegitu kerasnya dalam mencari rejeki di sini ini, begitu mahalnya harga perjuangan ini.Â