Mohon tunggu...
Tata Marnarita Yarsi
Tata Marnarita Yarsi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa MM_UNJ Prodi Sumber Daya Manusia\r\n\r\nSekretaris Bidang Pendidikan, IPTEK, Seni dan Budaya KOWANI (Kongres Wanita Indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Menuju Utara Jakarta

2 Oktober 2012   15:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:21 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Catatan Perjalanan Menuju Utara Jakarta
Oleh: Marnarita Yarsi

Perjalanan Pertama

Aku memulai perjalan pagi , menuju utara Jakarta. Sebenarnya suamiku sudah mensponsori biaya taxi untuk perjalanan hari ini. Namun ada panggilan hati, merasa tidak ingin menang sendiri, tidak ingin nyaman sendiri. Akhirnya aku memutuskan untuk naik angkutan umum lain bersama mereka.

Aku memilih angkutan umum yang nyaman dan ber-AC, membeli karcis dan melebur dalam kebersamaan halte yang cukup menyiksa. Semakin lama, antrian penumpang semakin panjang. Halte yang tadinya cukup lega, menjelma menjadi sempit dan sesak, dengan pendingin ruangan yang tak nyala. Beberapa orang di sampingku telah beberapa kali, mendecak, mendesah, mengekspresikan kekesalannya telah menunggu sangat lama di sana! Lebih dari satu jam!


Tentu aku tidak akan mengeluhkan ini! Karena situasi ini, akulah yang memilihnya. Aku berusaha bersabar saja dalam antrianku yang terasa pengap. Aku melihat sekeliling dengan wajah antusias yang aku paksakan. Semua orang telah terlihat lelah. Kelelahan karena menunggu lama. Hanya satu dua orang yang masih tetap tersenyum, mentertawakan nasib kami.

Seorang perempuan kantoran, mulai mengeluarkan gerutuan karena pasti dia sudah ditinggalkan waktu. Pasti dia sudah terlambat! Untunglah nasibku tidak seperti dia. Jadwal mengajarku masih nanti siang.

Ternyata menggunakan angkutan ini, waktu menjadi semakin sulit diprediksi! Aku berfikir, ini adalah akibat dari komplikasi yang parah dalam keseimbangan penggunaan jalan raya dan penyediaan sarana transportasi umum dalam kota. Masyarakat diminta untuk menjadi pengguna angkutan umum dan tidak membawa kendaraan sendiri dalam rangka mengurangi kemacetan Jakarta. Masyarakat diminta rela saat jalanan bersama, menjadi semakin sempit karena angkutan umum itu, eksklusif jalurnya. Tapi, ternyata? Masalah tidak selesai sampai di sana.

Halte yang terlihat cukup luas tadinya, ternyata menjadi sangat sempit dan sumpek karena sudah menampung hampir seratus manusia. Ditambah dengan masalah waktu tunggu yang sangat lama. Apakah ada yang rela mengorbankan waktu dua jam mereka yang sangat berharga hanya untuk menunggu?

Akhirnya setelah satu jam setangah menunggu, (ada yang menunggu hampir dua jam) angkutan itupun datang. Manusia yang tadinya antri berdesakan sekarang spontan berdorongan. Dengan beberapa teriakan calon penumpang yang berusaha mengatasi dorongan akupun mengalir dan berhasil mendapatkan tempat duduk. Aku sengaja tidak mengambil posisi di depan. Mengapa? Karena itu adalah priority seats! Kursi yang diprioritaskan untuk lansia, wanita hamil, penyandang cacat dan Ibu yang membawa anak. Tentu pilihan tidak duduk di kursi itu, adalah sebuah siasat agar aku tidak usah berkorban bila sewaktu-waktu ada penumpang yang memenuhi kriteria priority seats. Aku menarik nafas lega di bangku yang nyaman itu sambil pura-pura lupa bahwa ada wajah-wajah pasrah yang terpaksa berdiri di sekelilingku.

Perjalanan dimulai. Akhirnya aku merasakan juga kenyamanan menggunakan angkutan umum ini. Tidak kena macet. Belum lama, saat berhenti di satu halte berikutnya? Ups! Aku menahan nafas. Seorang Ibu menggendong balitanya berusaha menyusup dalam kerumunan dan entah bagaimana, Ibu itu sudah berada di dekatku. Ada yang berbisik di hatiku, agar aku mengalah dan mengikhlaskan tempat dudukku. Namun, ada bisikan lain yang membuatku enggan untuk bergerak. Dan begitu saja tiba-tiba aku merasa mengantuk, padahal sebelumnya aku asyik di dunia maya melalui telepon genggamku. Dalam perang batin yang semakin seru, akhirnya aku benar-benar tertidur. Entah bagaimana selanjutnya nasib si Ibu yang menggendong anak itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun