Mohon tunggu...
Tasya Putri Latifah
Tasya Putri Latifah Mohon Tunggu... Mahasiswi Hukum Keluarga

Menyukai hal-hal yang bersifat belajar, karena manusia berubah setiap harinya.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Dual Income, No Kids (DINKS) Pada Pasangan Generasi Sandwich: Tunda Memiliki Anak Hingga Siap

25 Agustus 2025   16:02 Diperbarui: 25 Agustus 2025   16:02 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah "DINK" atau "dual income, no kids" merupakan sebuah pilihan hidup untuk menjalani hubungan pernikahan tanpa memiliki anak terlebih dahulu, sementara kedua pasangan sama-sama fokus pada masing-masing pasangan dan juga fokus terhadap karir atau pekerjaan mereka.

 Dalam istilah "Dink" masing-masing pasangan memiliki penghasilannya sendiri, sehingga memperoleh pendapatan yang berlipat ganda tanpa ada pengeluaran untuk kebutuhan anak. Istilah ini sedikit berbeda dari childfree, walaupun keduanya memiliki tujuan yang sama untuk menjalani hubungan pernikahan tanpa memiliki anak, namun istilah "Dink" lebih bersifat kondisional. 

Pasangan dapat menunda untuk memiliki anak selama masa pernikahan sampai mereka benar-benar siap untuk memiliki anak. Sedangkan istilah childfree lebih merujuk pada sebuah prinsip untuk tidak memiliki anak selama dalam masa pernikahan dengan alasan tertentu dan atas dasar kesepakatan kedua pasangan.

Istilah "Dink" memberi kebebasan penuh bagi kedua pasangan untuk menentukan kapan mereka memiliki anak. Istilah "Dink" cenderung untuk menunda kehadiran anak dalam pernikahan selama waku tertentu, sembari mempersiapkan diri untuk memiliki anak. 

Memiliki anak tentu bukan satu-satunya hal yang menjadi tujuan dalam pernikahan. Sehingga, menunda memiliki anak hingga pasangan tersebut siap bukanlah suatu pilihan yang buruk. Hal ini juga dapat berdampak positif sebagai upaya pencegahan terhadap permasalahan-permasalahan keluarga seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kemiskinan, masalah kesehatan, rendahnya tingkat pendidikan anak, serta permasalahan-permasalahan lain yang dapat mengabaikan hak-hak anak.

Istilah ini sebenarnya sudah cukup lama populer di luar negeri sejak tahun 90-an, namun kini istilah "Dink" dimunculkan kembali dan menjadi bahan diskusi pernikahan era modern. Meski hal ini masih menjadi sebuah perdebatan di Indonesia, tidak ada salahnya mengambil nilai-nilai positif dari hal ini. Banyaknya permasalahan dalam dunia pernikahan saat ini, tak jarang membuat seseorang mengurungkan niatnya untuk menikah atau memiliki anak. Padahal dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin dari segi materi maupun non materi dapat meminimalisir konflik keluarga di kemudian hari.

Istilah "Dink" membicarakan tentang persiapan bagi pasangan menikah untuk merencanakan kehadiran anak. Selama dalam masa pernikahan, keduanya dapat fokus untuk membahagiakan diri dari masing-masing pasangan, fokus untuk bekerja dan berkarir, ataupun fokus untuk menerapkan gaya hidup yang lebih sehat sehingga disaat waktu yang tepat kedua pasangan sudah memiliki kesiapan untuk memiliki anak dari segi fisik, mental, maupun secara finansial. Perencanaan yang baik, tentu akan menghasilkan hasil yang yang baik pula. Maka demikian, "Dink" ini bisa menjadi sebuah pilihan yang cukup solutif bagi generasi sandwich yang akan atau sedang menjalani masa pernikahan.

Salah satu alasan utama seseorang mengurungkan niatnya untuk menikah atau memiliki anak adalah kekhawatiran tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup terutama bagi generasi sandwich. "Dink" bisa menjadi pilihan solusi untuk pasangan dapat menikah dan tetap fokus pada pekerjaan dan karir mereka dan menunda untuk memiliki anak hingga keduanya siap terutama secara finansial. Karena pada prinsipnya, memiliki anak bukan hanya perihal dapat mencukupi kebutuhan sandang, pangan, dan papannya saja. Namun memiliki anak adalah suatu tanggung jawab yang besar bagi orang tua untuk dapat memastikan anak tersebut hidup secara layak sebagai manusia.

"Dink" dapat menjadi sebuah pilihan yang bijak jika masing-masing dari pasangan benar-benar memperbaiki diri dan mempersiapkan diri untuk menjadi ayah dan ibu yang dapat melaksanakan tanggung jawabnya sebagai orang tua. Sehingga tidak ada lagi generasi-generasi sandwich yang memikul beban terlalu berat. Namun kembali lagi, memiliki anak atau tidak memiliki anak ataupun menunda untuk memiliki anak adalah pilihan dari masing-masing pasangan yang menjalani bahtera rumah tangganya, dan tidak ada paksaan untuk hal itu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun