LATAR BELAKANG
Fenomena masuknya figur publik dari dunia hiburan ke ranah politik membawa implikasi besar terhadap cara berpolitik di Indonesia. Meski telah bertransformasi menjadi anggota parlemen, banyak politisi tetap mempertahankan gaya komunikasi yang sensasional dan performatif. Situasi ini menimbulkan kesan bahwa ruang politik lebih menyerupai panggung hiburan ketimbang arena diskusi substansial.
POKOK ARUGUMEN
1. Politisi-selebritas
Popularitas selebritas menjadi modal politik yang kuat. Namun, gaya komunikasinya sering lebih menonjolkan citra dan sensasi dibandingkan argumentasi berbasis gagasan.
2. Peran Media
Media arus utama maupun media sosial cenderung mengedepankan aspek dramatis, viralitas, dan gaya personal politisi. Hal ini mendorong politik tampil sebagai tontonan publik ketimbang sarana deliberasi.
3. Krisis Representasi
Publik merasa kebutuhan mereka kurang terwakili oleh para elite. Akibatnya, demonstrasi dan aksi protes sering menjadi simbol ketidakpuasan terhadap citra politik yang hanya menghibur tanpa menyentuh persoalan nyata.
4. Popularitas vs Kompetensi
Demokrasi mengalami reduksi menjadi sekadar ajang kontestasi citra. Pemimpin dipilih bukan karena kapasitas intelektual atau integritas, tetapi karena kemampuan tampil menarik dan populer di ruang media.