Mohon tunggu...
Tarasmita Robbaniyah Anwar
Tarasmita Robbaniyah Anwar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa FISIP Universitas Jember

Jadikan dirimu alasan atas bahagiamu~

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN Unej Tingkatkan Literasi Desa dengan Pembuaan Pojok Baca

3 September 2021   01:54 Diperbarui: 3 September 2021   01:55 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Kunjungan Pojok Baca

Oleh: Tarasmita Robbaniyah Anwar 

(Kelompok 66)

Semenjak pandemi Covid-19 melanda, seluruh kegiatan menjadi terbatas. Program KKN merupakan salah satu kegiatan yang terdampak pandemi karena universitas tidak lagi bisa mengirimkan mahasiswanya ke desa-desa sasaran, demi keselamatan bersama. Sebagai solusi dari permasalahan tersebut, Universitas Jember menyelenggarakan program KKN Tematik Back to Village (KKN BTV) yang saat ini sudah memasuki periode ke-3. Sesuai dengan namanya, program KKN BTV diselenggarakan di kampung halaman masing-masing mahasiswa. Universitas Jember menyediakan beberapa tema untuk KKN yang berasal dari permasalahan yang sering muncul di desa, sehingga program pembangunan desa bisa lebih tepat sasaran.

Tarasmita Robbaniyah Anwar merupakan salah satu peserta KKN BTV III Universitas Jember. Ia melaksanakan program KKN di Desa Wadungasih Kabupaten Sidoarjo. Tema yang diambil yaitu Program Literasi Desa pada Masa Pandemi Covid-19. Program tersebut dijalankan dengan menggandeng salah satu ibu rumah tangga yang juga memiliki bimbingan belajar (bimbel) bernama Ibu Andriani. Bu Andri, begitu sapaan akrab beliau, sudah menjalankan bimbel miliknya kurang lebih selama 17 tahun dan masih terus berjalan. Berbekal beberapa buku pengetahuan, beliau ingin menyediakan sarana dan prasarana membaca buku berupa perpustakaan mini bagi anak-anak didik maupun anak-anak di sekitar tempat tinggalnya. Sehingga, Tarasmita dan Bu Andri bermitra untuk dapat mewujudkan Pojok Baca tersebut.

Koleksi buku untuk di Pojok Baca antara lain buku pengetahuan, ensiklopedia, kamus, novel, majalah, dan buku cerita. Buku-buku tersbut berasal dari koleksi buku milik Bu Andri serta hasil donasi dari beberapa pihak. Dengan adanya Pojok Baca, Bu Andri dan Tarasmita ingin membagikan kenikmatan membaca buku kepada generasi milenial. Hal tersebut dikarenakan generasi muda saat ini hanya familiar dan banyak mencari kesenangan melalui telepon pintarnya. Padahal, terdapat bahaya radiasi dari telepon pintar apabila terlalu lama digunakan.

Pojok Baca ini tidak hanya menyediakan sarana dan prasarana membaca buku, tapi juga mengadakan pelatihan menulis karangan, pelatihan membaca karangan di depan umum, dan mengadakan acara-acara seperti perlombaan pada event tertentu. Hal tersebut dilakukan untuk menarik minat anak-anak agar mengunjungi Pojok Baca. Selain itu, pelatihan menulis karangan yang berasal dari pengalaman pribadi diadakan karena anak-anak sering kali bisa menceritakan pengalaman mereka namun mereka bingung ketika diminta untuk menuliskannya. Hal tersebut berdasarkan pengalaman Bu Andri ketika mendampingin anak-anak didiknya saat mengerjakan tugas menulis pengalaman pribadi.

Hal tersebut terbukti ketika Tarasmita selesai menyampaikan materi pelatihan dan meminta 2 orang anak sasarannya yang duduk di kelas 4 SD memilih pengalaman pribadi untuk mereka tuliskan. Mereka dengan cepat menentukan pengalaman yang akan ditulis dan juga mengetahui jenis pengalamannya (menyenangkan, menyedihkan, memalukan, dsb). Kisah mereka juga langsung diceritakan kepada Tarasmita sebelum diminta. Namun, mereka diam ketika diminta untuk menentukan rencana judul karangan. Setelah diberikan arahan barulah mereka bisa merangkai sedikit kata untuk judul karangannya. Mereka juga lebih banyak diam dan bingung saat mulai menulis pengalaman pribadinya. Tarasmita memberikan arahan untuk mengawali dengan kalimat "ini adalah pengalamanku" atau yang sejenisnya. Setelah itu, arahan kembali diberikan agar mereka menuliskan kapan kejadian tersebut berlangsung, misalnya: saat masih TK, ketika libur lebaran, dsb. Arahan terus diberikan sampai karangan selesai. Hal tersebut menunjukkan bahwa, anak-anak kelas 4 SD membutuhkan arahan dan "pancingan" untuk bisa menulis karangan, meskipun itu adalah pengalaman pribadinya.

Tidak semua anak bisa menyampaikan pikiran dan perasaannya secara langsung atau lisan. Seorang anak juga tentu tidak sanggup jika terus memendam pikiran dan perasaannya. Dengan adanya pelatihan tersebut diharapkan anak-anak bisa lebih mudah menyampaikan pikiran dan perasaannya melalui tulisan, dimulai dari menulis pengalaman pribadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun