Mohon tunggu...
Tara Kirana
Tara Kirana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pendakian Perdana ke Surga Tersembunyi di Kaki Mahameru

12 Desember 2018   15:36 Diperbarui: 12 Desember 2018   16:13 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh: Sheilly Yuliani

'Surga Tersembunyi', begitulah julukan bagi Ranu Kumbolo, danau yang terletak di kaki Puncak Mahameru. Gunung dengan ketinggian 3.676 mdpl ini menyimpan sejuta keindahan alam yang memukau tiap pasang mata manusia yang mengunjunginya. Seperti yang telah dilakukannya kepada kami pada tahun 2017 lalu, saat itu adalah kali pertama kami melakukan sebuah pendakian yang tak terlupakan.

Bagi seorang pendaki pemula seperti kami, untuk menikmati keindahan panorama Ranu Kumbolo bukanlah hal yang mudah. Untuk mendapatkan izin orang tua sebelum memulai pendakian pun tidak semudah mendapatkan izin untuk berlibur ke pantai. 

Bagi mereka, mendaki adalah liburan yang beresiko terutama bagi kami kaum hawa, mereka khawatir kami tidak kuat dan malah celaka. Tapi, setelah meyakinkan orang tua soal medan pendakian dan persiapan tim, akhirnya kami mendapatkan izin meski itu hanya 7 hari sebelum keberangkatan.

Tim pendakian kami beranggotakan 11 orang dengan seorang kawan yang menjadi team leader, ia sudah memiliki pengalaman mendaki yang cukup banyak jika dibandingkan dengan 11 orang lainnya. Sebelum kami bertemu teman 1 tim, kami telah sepakat untuk menjadikan Kota Malang sebagai titik kumpul untuk berdiskusi mengenai banyak hal terkait proses pendakian, mulai dari pembagian barang bawaan, bahan makanan, transportasi, hingga akomodasi yang dibutuhkan selama perjalanan berlangsung. Beberapa berkas penting untuk syarat pendakian juga telah kami siapkan, seperti fotokopi KTP dan surat keterangan sehat dari puskesmas.

Kami membeli tiket kereta menuju Malang yang berangkat sehari sebelum pendakian berlangsung. Sesampainya di Stasiun Malang, kami berjumpa dengan rekan satu tim pendakian, di malam yang sama seluruh anggota beristirahat di rumah mereka. Keesokan harinya kami memulai perjalanan di pagi buta menuju salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tumpang, tempat kami menyewa mobil jeep guna mengantar kami ke Desa Ranu Pani. 

Kami hanya menyewa 1 mobil jeep supaya lebih hemat biaya.  Memang sesak sekali, kami semua berdiri agar 12 orang bisa cukup di 1 mobil jeep ini. Tapi, pemandangan sepanjang perjalanan terlalu indah hingga kami tidak terasa lelah berdiri. Kami juga sempat berhenti dan menikmati sejenak indahnya negeri di atas awan.

Foto oleh: Sheilly Yuliani
Foto oleh: Sheilly Yuliani
Ranu Pani merupakan desa terakhir sebelum Gunung Semeru yang digunakan sebagai titik berangkat para pendaki. Saat kami tiba, hiruk pikuk di sana tidak sesuai dengan apa yang ada di benak kami. Situasinya tidak memungkinkan bagi kami untuk segera melakukan pendakian karena antusiasme para pendaki begitu tinggi hingga mencapai angka maksimal. Kami harus bermalam di area seadanya dengan mendirikan tenda.

Keesokan harinya, perjalanan sesungguhnya akan dimulai. Sebelum mendaki, kami harus membeli tiket, mengisi formulir pendakian dan mengumpulkannya beserta berkas-berkas penting yang telah disiapkan. Semua proses administrasi berjalan sesuai dengan keinginan hingga salah satu dari kami mengalami sedikit masalah. 

Ia nyaris tidak mendapat izin untuk memulai pendakian karena kartu identitas yang dibawanya bukanlah yang asli, melainkan fotokopi. Beruntung hal tersebut dapat segera diatasi oleh salah satu rekan kami yang sigap sehingga mendapatkan dispensasi pendakian. Pendakian dimulai dengan pembekalan materi oleh pemandu setempat yang berupa peraturan dasar dan rute pendakian yang wajib diikuti.

Giliran kami tiba, saatnya pendakian dimulai melalui panggilan seorang pemandu. Semangat kami yang membara benar-benar menguatkan kaki untuk melangkah lebih jauh. Salam hangat, sapa semangat, dan senyum manis dari pendaki lain menjadi energi tambahan di kala napas mulai terbata-bata. 

Semakin tinggi kami melangkah, semakin mata kami dibuat takjub dengan semesta ciptaan-Nya. Beberapa kali kami berhenti sejenak, mengatur napas dan mengisi tenaga sembari menikmati indahnya bukit dan lembah yang disuguhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun