Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenapa Pimpinan Partai Politik Cenderung Otoriter dan Gila Kekuasaan

6 September 2020   12:15 Diperbarui: 6 September 2020   12:11 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah saya memfitnah untuk memburukkan partai politik karena ketua telah memangkas hak politik saya sebagai kader dan warga negara? Sama sekali tidak!

Sebagai cara membenahi logika, silakan pelajari sejarah jika anda tidak bersetuju dengan Teori, bahwa tidak ada seorangpun diktator dibumi ini yang setelah jatuh dan tidak berkuasa lalu dihormati, tapi pasti mereka dipenjara, tahanan rumah, bahkan bunuh diri atau dibunuh oleh massa.

Meski tidak semua, dalam teori politik bahwa diktator itu adalah orang-orang berpikiran pendek yang mengutamakan hasil tanpa mempertimbangkan hak orang lain dalam politik kecuali soal fasilitas mewah dan upah untuk anak buahnya yang memadai, karena hal itu akan mencerminkan dirinya dihadapan publik. Dimana semua itu juga untuk kepentingan dirinya, sama sekali bukan untuk hak orang lain maka mereka bisa memberhentikan, mensia-siakan dan bahkan bisa membunuh anak buahnya.

Penilaian positif itupun hanya disampaikan pada masa kekuasaan sang diktator. Setelah tidak berkuasa pengamat biasanya akan menggali alasan pernyataannya yang setengah terpaksa disamping kepentingan untuk bayaran dan popularitasnya diprofesi itu.

Jika anda tidak mau mempelajari seseorang diktator itu tandanya bisa pada caranya membuat praktis semua persoalan, atau lebih sederhana cara melihat mereka, silakan simak pidatonya dimana dia akan memuji dan membuka kebiasaan anda karena dia merasa berkuasa terhadap anda sebagai pengikutnya. 

Hal ini bertentangan dengan kepemimpinan demokratis yang menganggap hak anggota partai dan masyarakat adalah prioritas dalam politik dan bernegara. Selanjutnya pemimpin yang demokratis hanya menjadi kordinator dalam kepemimpinan dan tidak berlaku superior dan inferior tidak ada penundukan dengan jabatan, yang ada hanya kualitas dan dukungan anggota dalam organisasi atau warga masyarakat dalam memimpin negara dengan keputusan dan kebijakan publik. 

Namun sayangnya di negara kita sistem pemilihan sudah bisa dikatagorikan model yang demokratis tapi orang yang dipilih yang memimpin negara dan daerah sebahagian besar masih berprilaku sebagai diktator. Partai politik juga demikian ada partai yang mengadakan pemilihan langsung pimpinannya tapi ada juga pemilihan pimpinan di daerah ditunjuk meski dinamai musyawarah. 

Penting dan tidak penting soal pemilihan adalah bagaimana anda menghormati hak politik rakyat disitulah kita bisa mengukur seseorang pemimpin itu apakah dia pemimpin rakyat atau diktator yang tidak pernah menghormati hak orang lain atau sama dengan perampas hak politik.

Maka penulis sendiri tidak pernah meminta menjadi ketua Partai ke atas karena mengutamakan mereka yang berhak memilih untuk memperkuat peran masyarakat daerah dan kader dalam partai politik. Jika ini anda lupakan maka kesimpulannya anda sungguh tidak paham dan tanpa menyadarinya anda dapat dipastikan sebagai orang yang telah merusak daerah anda tentu dalam hal perjuangan masyarakat daerah terhadap desentralisasi dan otonomi daerah yang total.

*****

Sekian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun