Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Penulis Politik Perlawanan | Pendiri Gerakan Aceh Bangkit Penggagas Kesadaran Merdeka untuk Rakyat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis demi rakyat yang dilupakan kekuasaan

Selanjutnya

Tutup

Politik

PAN : Dari Rumah Perubahan Menjadi Alat Kekuasaan

11 Mei 2025   17:56 Diperbarui: 11 Mei 2025   17:56 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input Keterangan  Gambar : atjehmandiri.blogspot.com

Sumber Gambar, atjehmandiri.blogspot.com

Oleh: Tarmidinsyah Abubakar

Penulis pernah menjadi Pimpinan PAN di Aceh dan Nasional. Berhenti setelah kepemimpinan PAN ditunjuk oleh Ketua Umum atas nama DPP.


Partai Amanat Nasional (PAN) pernah menjadi simbol perjuangan reformasi. Bersama rakyat, ia lahir dari semangat menggugat otoritarianisme dan meletakkan dasar-dasar demokrasi baru di Indonesia. Di masa awal, PAN menjadi rumah gagasan, tempat rakyat belajar tentang kebebasan bersuara dan hak politik yang setara.

Namun kini, semangat itu telah sirna. PAN yang dulu menjadi pelopor perubahan telah menjelma menjadi partai yang sangat elitis dan otoriter. Bahkan tokoh utama dan pendiri PAN, Prof. Amien Rais, dikeluarkan secara tidak terhormat. Ini bukan sekadar keputusan politis, tapi pengkhianatan terhadap sejarah, nilai, dan perjuangan rakyat yang dulu mendukung lahirnya partai ini.

Kepemimpinan PAN saat ini tidak lagi lahir dari musyawarah dan keterbukaan. Ketua umum menunjuk langsung para pimpinan, mengatasnamakan DPP. Maka kader-kader di seluruh Indonesia kini tak lebih dari "anak buah" yang patuh, bukan lagi pemilik sah dari partai politik yang semestinya menjunjung tinggi nilai demokrasi.

Lebih jauh, kemerosotan nilai ini ditutupi dengan strategi murahan: menggandeng artis untuk menutupi kemiskinan gagasan. PAN kini hanya menjadi panggung pencitraan, bukan alat pendidikan politik rakyat. Partai bukan lagi arena memperjuangkan kepentingan bangsa, melainkan milik pribadi yang dijalankan seperti perusahaan keluarga.

Sebagai orang yang pernah berada dalam kepemimpinan PAN baik di daerah maupun di tingkat nasional, saya menyaksikan sendiri perubahan drastis ini. Dalam perspektif politik, inilah yang disebut hipokrisi---kepemimpinan yang mengaku demokratis tapi bertindak otoriter. Dalam agama, ini masuk kategori munafiq: mengatakan satu hal, tapi melakukan hal yang berlawanan.

Jika hak politik kader saja tak dihargai, maka tak ada jaminan bahwa hak politik rakyat akan dijaga. Demokrasi tidak bisa tumbuh dari partai yang menolak nilai-nilai demokrasi itu sendiri. PAN hari ini bukan lagi partai rakyat, tetapi partai milik pribadi yang membajak nama besar perjuangan rakyat.

Sudah saatnya rakyat melek. Partai politik yang tidak menghormati hak politik kadernya hanyalah alat kekuasaan, bukan alat perjuangan. Dan selama partai politik tidak direformasi, negeri ini akan terus dibajak oleh para oportunis yang mempermainkan demokrasi demi ambisi pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun