Mohon tunggu...
Taqiyyah Saidahgriya Kuspinta
Taqiyyah Saidahgriya Kuspinta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fungsi Dzikir sebagai Stabilitas Emosi

14 Juni 2021   21:03 Diperbarui: 14 Juni 2021   21:04 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Emosi diartikan sebagai dari reaksi terhadap situasi tertentu yang dilakukan oleh tubuh, hal ini sangat wajar terjadi pada manusia bahkan menjadi salah satu aspek yang berpengaruh besar terhadap sikap manusia. Psikolog asal Amerika William James meringkasnya dengan: "Kita merasa sedih karena kita menangis, marah karena kita menyerang, takut karena kita gemetar".

James serta carl menyarankan gagasan mengenai rangkaian peristiwa pada emosi. Individu menerima situasi dan menghasilkan emosi, kemudian individu bereaksi pada situasi dan memperhatikannya. Anggapan terhadap respon menjadi dasar untuk emosi yang dialami. Pengalaman emosi dirasa terjalin setelah transformasi tubuh yang dilakukan oleh sistem saraf otonom.

Emosi yang seringkali kita alami ini berasal dari bagian otak besar atau biasa disebut cerebrum Otak besar terbagi menjadi 2 bagian, yakni otak kiri dan otak kanan. Kedua cerebral hemisphere (sisi otak) mengendalikan tugas emosional yang berbeda yaitu otak kanan untuk mengenali ekspresi emosi dan memperoses perasaan emosional  sedangkan otak kiri untuk memproses makna emosional.

Otak kanan dan otak kiri dibagi menjadi empat bagian yang disebut lobus, yaitu lobus frontal, lobus temporal, lobus parietal, dan lobus oksipital. Keempatnya memiliki fungsi masing-masing dan berperan penting disepanjang kehidupan manusia, salah satunya seperti lobus frontal sebagai pengendali emosi yang akan kita bahas dalam artikel ini.

Sesuai namanya lobus frontal terletak pada bagian depan otak (frontal), mulai dari area dahi hingga ke arah tengah otak, diperkirakan bahwa lobus frontal memiliki porsi sepertiga dari otak besar.

Pada sekitar tahun 1970, Paul Eckman mengidentifikasi enam emosi dasar yang dialami kehidupan manusia, emosi tersebut seperti emosi sedih, emosi marah, emosi bahagia, dan bentuk emosi lainnya. Emosi dapat dikeluarkan berupa sikap tertentu. Perasaan serta perilaku saling tersambung dengan emosi.

Dalam artikel kali ini kita akan berfokus pada pengontrolan emosi marah.

Emosi marah yang muncul pada diri kita dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab, mulai dari hal yang sepele maupun hal yang membuat kita terluka, seperi marah karna orang lain menghina diri kita, ataupun marah pada diri sendiri sebab merasa tidak sanggup menuntaskan permasalahan. Kemudian sebenarnya, apa yang terjalin pada otak dikala kita tengah marah ? Berikut penjelasannya:

Amigdala adalah radar bagi diri manusia. Amigdala disini merupakan bagian otak yang mendorong proses kemarahan pada tubuh kita. Radar ini peka terhadap ancaman, serta tanggapannya sangat kilat. Pada saat amigdala menangkap terdapat ancaman lekas ia mengirimkan sinyal ke hipotalamus, dan hipotalamus melanjutkan perintah neurokimia ini ke hipofisis atau pituitary mengirimkan zat kimiawi ini ke kelenjar supra renalis di atas ginjal yang mengeluarkan adrenalin dan noradrenalin sebagai tanggapan penyelamatan diri seperti respon lari atau memberi perlawanan.

Pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang banyak memiliki kekurangan. Seringkali kita menemukan diri sendiri tidak dapat mengontrol emosi yang kita tuangkan sebagai hasil dari situasi tertentu yang kita alami.

Dalam agama kita Islam, marah merupakan sesuatu perilaku yang sebaiknya dikendalikan. Nabi Muhammad sallallahualaihiwasallam sempat ditanya oleh sahabatnya, supaya memberinya nasihat ringkas. Maka jawab beliau, "Janganlah marah -beliau  mengulangi beberapa kali- Janganlah marah." (HR Al Bukhari). Nasihat Nabi ini unik, karena yang bertanya nyatanya merupakan seseorang yang suka marah. Imam Ahmad meriwayatkan, bahwa sehabis dijawab oleh Nabi, sahabat yang bertanya ini mengatakan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun