Mohon tunggu...
Taofik Wildan
Taofik Wildan Mohon Tunggu... Buruh - Saya adalah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Wildan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kesejahteraan Petani yang Utama

22 April 2019   18:12 Diperbarui: 22 April 2019   18:18 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petani (foto: rmol.co)

Periode pemerintah Presiden Jokowi yang pertama, akan segera berakhir. Beberapa waktu lalu, Jokowi berhasil memenangkan Pilpres, sehingga ia akan melanjutkan periode kedua pemerintahannya dan menjadi presiden hingga 2024 mendatang. 

Dari sekian banyak prestasi dan pencapaian yang sudah diwujudkan oleh Presiden Jokowi selama hampir lima tahun terakhir, ada baiknya kita menengok sektor pertanian karena swasembada dan kedaulatan pangan menjadi salah satu janji yang kerap diucapkan oleh Jokowi selama kampanye.

Di sektor pertanian, Jokowi menunjuk Andi Amran Sulaiman sebagai Menteri Pertanian (Mentan). Pria asal Sulawesi Selatan ini terlihat sebagai orang yang sadar kamera dan publikasi. Entah sebagai bentuk pertanggung jawaban kinerja atau memang prestasi, Amran sering kali berbicara di hadapan media mengenai pencapaian di sektor pertanian atau pangan.

Tak terhitung beberapa kali ia mengungkapkan tentang kinerja produksi pertanian kita sehingga bisa ekspor keluar negeri. Amran kerap menyebut bahwa Indonesia dulu sering impor, namun kini sudah bisa ekspor. 

Memang tidak salah. Sah-sah saja bila peningkatan produksi itu dianggap sebagai prestasi atau pencapaian. Meski sepertinya ada yang terlupa di balik itu semua. Prestasi pertanian seharusnya perlu menempatkan kesejahteraan petani sebagai salah satu variabelnya. Sehingga tidak sekadar fokus pada penambahan jumlah produksi pangan.

Fokus kesejahteraan (meme olah pribadi)
Fokus kesejahteraan (meme olah pribadi)
Perhatian terhadap kesejahteraan petani adalah harga mutlak agar visi pertanian kita tidak dianggap mendewakan angka dan mengesampingkan manusia sebagai pelakunya. Pertanian yang menitikberatkan pada produksi sama saja menjadikan petani sebagai objek produksi, bukan subjek. Ibaratnya kita hanya menjadikan petani sebagai faktor produksi. 

Pada tataran politik wacana, kerap kali kita diperdengarkan mengenai kebijakan pertanian untuk meningkatkan produksi, percepatan adopsi teknologi budi daya dan pasca panen, atau konsolidasi kelompok tani. Semua tadi bukanlah hal yang buruk. Hanya kurang perhatian pada aspek manusianya. 

Antaranews

Efek buruk dari terlalu fokusnya kita pada peningkatan produksi dan abai pada manusia, bisa dilihat pada petani padi. Ketika produksi padi meningkat, yang terjadi justru kesejahteraan petani stagnan alias tidak beranjak meningkat.

Belajar dari kondisi tersebut, kita perlu mengubah orientasi model pembangunan pertanian kita. Peningkatan produksi tani harusnya juga menyentuh urusan insentif bagi petani, subsidi, aturan yang melindungi, dan kebijakan harga. 

Menjelang pemerintahan Jokowi jilid dua ini, semoga akan ada perubahan kebijakan pertanian yang memanusiakan petani. Sehingga mereka tidak dianggap sekadar sebagai faktor produksi, tapi juga manusia yang perlu diayomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun