Ada kabar baik yang terdengar menjelang tahun 2018 ini berakhir. Pasokan beras nasional yang mencapai 2,30 juta ton dianggap lebih cukup untuk stok dalam negeri. Karena batas minimal beras di gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) adalah 1,5 juta ton. Dengan kata lain, ada cukup banyak pasokan beras, sehingga masyarakat tidak perlu kuatir beras langka atau harganya akan naik akibat pasokan yang tersendat.
Selain itu, pasokan beras di Pasar Induk Beras Cipinang masih di atas 50 ribu ton, padahal standarnya adalah 20-25 ribu ton.
Dengan kondisi demikian, wajar bila pemerintah mengaku percaya diri menghadapi natal dan tahun baru. Karena hingga tahun 2018 ini berakhir, rakyatnya tidak akan kekurangan beras. Semua stok beras di lapangan diperiksa. Tidak hanya di Jakarta tapi juga di daerah-daerah.
'Prestasi' itu juga menjadi klaim dari Direktur Utama (Dirut) Bulog, Budi -Buwas- Waseso yang mengatakan stok beras masih banyak di lapangan. Baik itu beras yang kategori medium, atau yang premium. Buwas sendiri kembali mengulang klaimnya bahwa beras aman, sehingga sampai Juni 2019 nanti Indonesia tidak perlu impor beras.
Rasa bangga diri Buwas ini juga menyangkut data pangan, yang menurutnya sudah selesai. Tidak ada lagi perbedaan antar lembaga. Saat menyampaikan data pangan, Bulog telah mengacu data yang dirilis BPS. Sekarang sudah ada sinkronisasi atas data tersebut. Bulog juga akan terus berkoordinasi dengan menteri pertanian, menteri perdagangan, menteri perindustrian, dan mestinya dengan menteri perikanan.
Mulai dari Bulog, Kementan, Kemendag, dan lembaga lain sudah menggunakan atau mengacu data BPS. Titik-titik panen sudah ada semua sama di BPS. Apalagi diperkirakan Februari nanti sudah ada panen.
Lancarnya pasokan dan juga potensi panen, pantas membuat Bulog percaya dan bangga diri. Meski mereka sepertinya abai dengan satu fakta yang seolah disembunyikan. Bahwa pasokan lancar dan potensi panen itu tidak akan tercipta bila beberapa waktu lalu kita tidak impor beras. Padahal kebijakan pemerintah mendatangkan beras dari luar negeri itu sempat ditentang oleh Buwas. Meski belakangan, Buwas sendiri yang minta perpanjangan impor beras. Andai para pemangku kepentingan saat itu menuruti omongan Buwas dan mengabaikan importasi, mungkin stok sekarang tidak sebaik yang diklaim sebagai prestasi saat ini.