Mohon tunggu...
Taofik KHidayat
Taofik KHidayat Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Remehnya Nasib Peternak

22 November 2018   21:36 Diperbarui: 4 Desember 2018   22:42 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ternak (credit: industry.co.id)

Seandainya para peternak mendengar omongan Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman hari ini, mereka mungkin akan sedih bukan kepalang.

Karena di hadapan wartawan, Mentan Amran Sulaiman menganggap pinjaman jagung 10 ribu ton untuk peternak adalah hal kecil, remeh temeh, dan tidak terlalu serius. Kata Mentan, yang kecil-kecil itu tidak ada masalahnya. Karena saat ini, Mentan Mengklaim produksi jagung kita sudah surplus 12 juta ton. Sehingga angka 10 ribu ton tidak ada artinya. ( link https://finance.detik.com)

Padahal untuk peternak kecil, jagung sebanyak itu akan besar artinya. Karena saat ini, harga jagung di pasaran mencapai hampir Rp 6000 per kg, jauh di atas patokan pemerintah yaitu, Rp 4000 per kg. Naiknya harga jagung itu mencekik para peternak, karena 50 persen biaya operasional mereka berasal dari jagung untuk pakan ternak. 

Harga jagung yang naik itu juga menjadi paradoks dari klaim Kementan bahwa produksi jagung kita surplus hingga 12 juta ton. Karena bila produksi luber sebanyak itu, harusnya harga jadi murah. Tapi lucunya, harga jagung malah makin mahal. 

Karena jagung mahal, maka peternak sempat berencana menggelar demonstrasi besar-besaran. Kementan yang merasa terdesak, akhirnya mengajukan impor jagung 100 ribu ton dari Brazil dan Argentina. Seandainya benar-benar ada surplus produksi, harusnya kita tidak perlu impor. Untuk apa impor bila ada barangnya di dalam negeri?

Impor yang diajukan terlambat, tentu akan datang secara lambat juga. Oleh karena itu, Kementan mengajukan pinjaman 10 ribu ton jagung pada pengusaha pakan. Seperti halnya manusia, jutaan ayam milik peternak juga butuh makan dan tidak bisa ditunda-tunda. 

Sedemikian genting dan urgent-nya kebutuhan jagung itu. Tapi entah karena alasan apa, Mentan masih saja menyebut jumlah 10 ribu ton jagung itu sebagai jumlah yang kecil. Remeh. Padahal tanpa 10 ribu ton jagung itu, akan ada jutaan ayam peternak mati kelaparan.

Harga daging dan telur ayam akan naik. Rakyat ikut kesusahan. Peternak juga akan merugi ratusan hingga milyaran. Padahal kebanyakan dari peternak yang berteriak kesulitan mencari jagung, adalah peternak rakyat atau peternak kecil. 

Kalau sudah diberi pengertian demikian, masih saja dianggap remeh, sepertinya sudah habis kata-kata untuk mengingatkan Menteri Pertanian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun