Mohon tunggu...
Taofik Hasan
Taofik Hasan Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Berangkat dari Data Pertanian yang Salah

15 Februari 2019   22:51 Diperbarui: 15 Februari 2019   23:21 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertanian (id.thechinasia.com)

Pada semester II tahun lalu, seperti ada anomali pada data jagung di Indonesia. Kementerian Pertanian mengklaim Indonesia surplus jagung hingga 12,9 juta ton, tapi malah membuka impor. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro menjelaskan, urusan impor bukan sekadar jumlah produksi dan konsumsi.

Ternyata, setelah beberapa bulan berselang, klaim Kementan itu dibantah oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Menurut kantor Darmin Nasution itu, ternyata Kementan salah dalam menghitung data komoditas jagung. akibatnya kita sudah lihat sendiri. Indonesia membuka impor jagung kering untuk bahan baku pakan ternak sebanyak 280 ribu ton, pada semester II-2018. Padahal, Kementan mengklaim produksi jagung kita surplus.

Secara lebih rinci, kantor Menko Perekonomian menjelaskan bahwa Kementan tak memperhitungkan masa paceklik dan kebutuhan industri dalam menyusun data stok jagung. Ada hal-hal yang tidak terukur pendataan atau belum tersistem dengan baik. Misalnya saat mengukur penyerapan potensi jagung dalam negeri, kebutuhan industri menengah ke bawah tidak dihitung secara cermat. Tak heran bila kemarin para peternak rakyatlah yang berteriak lantaran tidak bisa memperoleh jagung untuk bahan pakan ternak mereka.

Sumber

Salah (meme olah pribadi)
Salah (meme olah pribadi)
Selain itu, Kementan juga sepertinya mengabaikan faktor jarak konsumen dengan sentra produksi jagung yang mempengaruhi ongkos logistik. Akhirnya, klaim surplus saja tidak bisa mengatasi harga jual jagung yang melonjak.
Karena di Indonesia ini, pabrik pakan terkonsentrasi di beberapa tempat seperti Jawa atau Lampung. Sedangkan sentra produksi jagung tersebar luas di sekujur nusantara. Sialnya lagi, ongkos transportasi dari luar negeri justru lebih murah dari pada dalam negeri. Maka, impor pun jadi pilihan.

Kini, di saat panen raya jagung mulai berlangsung, sudah seharusnya pemerintah menyimpan stok untuk persediaan di masa paceklik. Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman tidak perlu buru-buru menyatakan akan mengekspor jagung karena stok kita berlebih.

Berkaca dari pengalaman tahun lalu, klaim surplus dan ekspor itu justru menjadi bumerang bagi pemerintah sendiri. Oleh karena itu, kalaupun memang stok jagung kita melimpah, alangkah baiknya bila itu kita simpan untuk kebutuhan kita sendiri.

Bumerang (meme olah pribadi)
Bumerang (meme olah pribadi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun