Mohon tunggu...
Mumin Boli
Mumin Boli Mohon Tunggu... Seniman - Human Rights Activist

Hidupilah hidupmu sehidup-hidupnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menelisik Girah Gerakan Perlawanan Hari ini

15 Agustus 2020   01:04 Diperbarui: 15 Agustus 2020   04:53 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kredit Foto : Alinea.ID

Kamerad! Melihat situasi akhir-akhir ini rasanya saya ingin mengajak kalian semua untuk berimajinasi sayu tentang menyusutnya girah gerakan perlawanan. Ada banyak faktor yang menyebabkan hal itu. Dimulai dari tindakan oknum-oknum penyembah berhala profit yang mengkooptasi gerakan perlawanan dengan kepentingan elit politik, kuantitas massa aksi yang menurun akibat kebrutalan dan represifitas aparat yang membabi buta, dan adanya aktor gerakan yang secara sengaja melakukan gerakan perlawanan tanpa agenda politik dan keberpihakan yang jelas, sebab niatnya sudah tak suci untuk kepentingan masyarakat kecil, akan tetapi hanya mau minta jatah kursi jabatan di parlemen, dan setelahnya ia menjadi penindas yang baru. Entahlah? mungkin itu sekelumit faktor yang bisa mengindikasikan redupnya semangat dan roh suci perlawanan hari ini.

Terlepas dari faktor di atas, saya ingin mengajak kalian untuk bernostalgia dengan sejarah gerakan kita. Secara ringkas kita dapat membagi sejarah gerakan bangsa kita dalam 4 fase besar. Yang pertama, periode pergerakan nasional (1900-1945), yang kedua periode orde lama (1945-1965), yang ketiga periode orde baru (1965-1998), dan yang terakhir ialah periode pasca reformasi (1998-sekarang). Semua periode itu tentu punya semangat gerakan dengan orientasi politiknya. 

Kemudian jika melihat gerakan modern di Indonesia yang lebih kurang 120 tahun sekarang ini adalah kebanyakan berupa pimpinan yang teratur, tetapi jauh dalam mengorganisir dan mengakomodir kepentingan masyarakat kecil yang dizalimi. Pada waktu pergerakan Nasional, organisasi seperti Budi Utomo, Perhimpunan Indonesia, PNI dan PARINDRA termasuk didalam kategori gerakan intelektual yang tidak mengerti sama sekali keinginan rakyat jelata. Di pihak lain organisasi seperti Syarikat Islam, PKI, dan barangkali juga GERINDO adalah kategori gerakan yang penuh dengan semangat perjuangan tetapi sunyi akan filsafat kelas, taktik dan strategi kelas, serta kesabaran dan disiplinnya kelas. 

Pada fase orde lama gerakan lebih condong ke gerakan ideologis yang hanya menghasilkan luka sejarah. Imbas dari tipologi gerakan pada fase orde lama yang lebih kental dengan konflik ideologi akhirnya melengserkan Soekarno dan lahirlah orde baru dengan segenap polemik dan kepemimpinan otoriternya. Dari sejarah gerakan tiap fase, saya ingin kita belajar bahwa suatu gerakan akan sukses jika posisi keberpihaknnya jelas,teratur dan mampu mengkonsolidasikan semua elemen yang tertindas dalam satu front perjuangan yang solid dan revolusioner. 

Lantas bagaimana kondisi gerakan pasca reformasi? Gerakan perlawanan pasca reformasi saat ini ditandai dengan format yang jauh berbeda dibandingkan dengan gerakan fase-fase sebelumnya. Harus kita akui bahwa era reformasi tidak bisa dihindari melahirkan sebuah era demokrasi baru yang ditandai dengan perubahan substansial. Dalam satu era bernama reformasi ini kerangka berdemokrasi mengalami berbagai penyesuaian. 

Reformasi yang telah berjalan lebih kurang 22 tahun telah memunculkan berbagai perubahan format berpolitik dengan varian metodologisnya. Jika tahun 1998 common enemy kita adalah rezim Orde Baru yang otoriter, maka kini ditengah liberalisasi ekonomi dan politik common enemy kita bukanlah lagi rezim otoriter, tetapi kesatuan oligarki atau kumpulan orang-orang bekas rezim Suharto yang berhasil masuk lagi dalam tampuk kekuasaan. Karena itu janganlah heran mengapa kondisi dan format pengelolaan Negara hari tidak beda jauh dengan orde baru. 

Berhadapan dengan keadaan seperti ini, konsolidasi gerakan populis-progresif nan revolusioner menjadi suatu keniscayaan. Oleh karena itu, perlu penguatan gerakan populis-progresif dalam memainkan perannya sebagai kekuatan politik nasional. Gerakan perlawanan pasca Reformasi harus dibarengi dengan ideologi yang memadai dan penguatan dari sisi tiap organisasi. 

Karena itu, penguatan gerakan progresif-revolusioner perlu digiatkan melalui kerja-kerja intelektual progresif dan konsolidasi antar organisasi gerakan dalam usaha penguatan basis perlawanan sehingga terciptanya tawaran sistem demokrasi yang betul-betul ideal dan jauh dari niat busuk serta kepentingan oligarki bekas didikan rezim orde baru.

Hasrat Berjuang

Cara berjuang untuk mencapai mencapai kemerdekaan nasional itu ditentukan oleh susunan sosial dan politik (social political structure). Dimana susunan itu mempunyai rasa saling tolong menolong atas ketertindasan yang sama sehingga terjadilah ikatan yang kuat dalam berjuang. Gerakan perlawanan saat ini pada umumnya seperti sebuah perjuangan militer yang tertutup dan dipusatkan pada satu bentukan pasukan yang kelak tiba-tiba akan menyerbu keluar untuk merebut kekuasaan politik dengan cara militer. 

Artinya apa? gerakan hari ini harus inklusif, tidak boleh eksklusif, dan harus mampu mengorganisir elemen masyarakat yang merasakan ketertindasan yang sama. Jangan sampai gerakan hanya diinisiasi oleh segelintir kelas seperti mahasiswa tetapi harus atas dasar inisiasi bersama semua kelas sosial yang tertindas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun