"aku tak punya rumah, paling tidak untukku berkeluh kesah"
ternyata sudah telat untuk tidur, malam telah meninggalkan barang beberapa jam kelopak mata deri untuk terkatup, ia tak bisa tidur karena daritadi ia sibuk membayangkan bagaimana ia delapan atau sembilan tahun kedepan, sekarang usianya tujuh belas tahun tujuh bulan. Pagi tadi deri bangun jam dua belas siang
ia jadi remaja yang sedikit tak teratur, ia sedang liburan karena sebentar lagi lebaran ia juga memikirkan bagaimana nanti lebaran akan datang
bukan soal baju baru, ketupat, atau uang saku, deri mengaku pada tuhan kalau ia hanya ingin ayahnya pulang,
deri sosok anak muda yang biasa, bukan ikhwan atau pula berandalan
terkadang buruknya, ia hanya mengikuti kemana arah kaki melangkah
terkadang ia sholat berjamaah subuh di masjid , namun terkadang ia lupa pula shalat isya karena kemalaman berkumpul dengan teman-temannya
belum lama deri buka puasa di masjid besar ditengah kota, ia senang dengan yang gratisan , ia mengaku pada buku kalau itu ia lakukan karena ingin menjaga dompetnya yang memang tipis dan sengaja ingin merasakan suasana ramadhan dengan berbuka puasa ala musafir bayangannya dan itu menjadi rutin.
ia tak lagi berpikir seperti temannya kebanyakan sekarang, yang buka puasa bersama di restoran lalu berfoto bersama tanda kebersamaan , ia hanya ingin ingatannya merekam nikmatnya takjil dan es buah gratis
siang ini deri berniat pergi mengunjungi temannya yang ia anggap lebih menyedihkan dari dirinya, deri pun pergi , memakai celana bahan panjang dan kaos oblong putih yang pucat, ia menunduk melihat kedua kakinya
ia pun ingat, ternyata sudah lama ia tak membeli sandal atau sepatu baru, karena deri mengaku pada buku ia cukup mampu dulu, akhirnya deri pun meminjam sandal pada uwak nya