Integritas berasal dari bahasa Latin 'integer' yang berarti seluruh  ("whole or entire") komplit atau lengkap / utuh,  juga berarti penuh,  atau "suatu bilangan bulat" ("a whole number") yang bukan bilangan pecahan (Skeat 1888, 297; Black 1825, 215-6).
Jadi, pemahaman sesuatu yang berintegritas adalah sesuatu yang utuh dalam keseluruhannya, tidak terpecah, as whole and represents completeness, artinya integritas menunjukan utuhnya kesamaan antara perkataan dan perbuatan untuk semua tindakan, sehingga menjadi lengkap. Termasuk didalamnya kualitas kejujuran dan prinsip moral yang kuat sebagai  the quality of being honest and having strong moral principles; moral uprightness.
Kekuatan integritas sebenarnya terletak pada bagaimana mempertahankan komitmennya secara konsisten dan konsekwen terhadap apa yang dianggap benar dan salah dalam hidup meskipun banyak pertentangan atau situasi yang memaksanya untuk melanggar, karena tahapan  akhirnya adalah untuk menjawab semua pertanyaan mengenai nilai (virtue) dan tujuan hidup, kebenaran dan kenyataan bahkan Schlenker (2008) menyatakan bahwa integritas adalah keutamaan yang paling utama atau the best of the virtues
Yang menarik adalah integritas terkadang sulit dipertahankan ketika harus mengalami kehilangan dalam arti yang luas, seperti ditinggalkan sahabat, kehilangan pendapatan secara finansial, bahkan sampai kehilangan kemandirian, kebermaknaan sosial dan sikap-sikap lainnya yang sulit untuk diterima sebagai kenyataan (Erikson dalam Alwisol, 2007: 126).
 Jimmy Effan (2001) dalam bukunya yan berjudul "A Mind Set Free" mengemukakan
bahwa ada empat pilar mempertahankan Integritas yaitu :
- Accountability (Bertanggung jawab),
- Setiap orang harus bertanggungjawab atas tindakannya, karena bertanggung jawab akan melindungi seseorang dari godaan untuk berbuat buruk,
- Righteous Fellowship ( Berkawan dengan orang yang akan membawa kejalan yang benar),Â
- agar tidak terjerumus atau dijerumuskan ke jalan kesesatan.
- Honesty ( Kejujuran),
- kejujuran akan menghasilkan kebebasan. Bebas dalam arti tidak membenarkan hal yang pada dasarnya salah dan jujur pada diri sendiri ketika melakukan sesuatu sesuai dengan norma yang berlaku.
- Humility (rendah hati).
- Tetap rendahkan hati menjalin hubungan baik dengan orang yang telah bersalah, karena dari kesalahannya kita bisa belajar agar tidak terjatuh pada kesalahan yang sama.
Seseorang yang memiliki integritas biasanya akan menunjukkan ciri-ciri:
- Mempertanggungjawabkan tindakannya.
- Mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri
- Bertindak sesuai ucapan
- Konsisten antara prinsip hidup dan tindakannya
- Jujur dan dapat dipercaya
- Menghormati orang lain
- Dapat dipercaya
Menurut Andreas Harefa (Harefa, 2000): integritas itu memiliki tiga tindakan kunci (key action)Â ketika mengamati sesuatu hal.
- bekerja secara jujur dan benar agar menyajikan hal-hal yang objektif.
- memegang komitmen (keeping commitment) dengan cara tidak membocorkan
rahasia. - konsisten melakukan aktivitas (behavior consistenly) dengan cara tidak menampakkan kesenjangan antara kata dan perbuatan
Dokter Berintegritas
Dokter yang berintegritas adalah dokter yang mempunyai karakter yang kuat akan ketaatannya terhadap nilai-nilai  moral yang terkandung dalam kode etik kedokteran, yang menyatu dalam kehidupan profesinya dan dalam menjalankan profesinya tetap berpegang teguh pada komitmennya untuk mencapai makna hidup yang utuh melalui kebajikan (virtue) dan kebijaksanaan (wisdom), mampu tegak berdiri menghadapi kenyataan yang ada, dan tidak terjebak dalam keputusasaan (despair) (Erikson dalam Olson, 1998: 31- 32).
Walaupun dokter berhubungan dengan banyak orang dan bersinggungan dengan banyak kepentingan, namun harus terpusat pada diri sendiri dan berdiri diatas komitmen untuk melakukan tindakan yang layak atau sesuai dengan prinsip profesionalitasnya dengan berpijak pada kebijakan etik moral yang berlaku secara umum untuk keselamatan pasien.