Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ramadan & Waisak: Rengkuh Kebaikan dan Kebajikan Menuju Optimisme Kehidupan

7 Mei 2020   22:49 Diperbarui: 7 Mei 2020   23:02 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.pri Pilgrimage Bersama Dagri Rimponche, Biksu-Biksuni dan peserta lintas Iman lainnya

Hari ini, hari ke 13 umat muslim menjalankan puasa Ramadan. Pendemi masih belum sepenuhnya teratasi. Ramadan terasa sepi, tanpa ada kegiatan taraweh berjamaah di Masjid/mushola sekitar tempat tinggal kita.

Begitupun saat hari ini, umat Budha merayakan Waisak 2564 BE. Tahun ini tidak ada puncak perayaan Tri suci Waisak di candi Borobudur seperti tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada tradisi khas masyarakat Budha Indonesia saat Waisak, yakni kirab yang diikuti ribuan masyakarat di sekitaran Candi Mendut hingga candi Borobudur.  Ribuan lampion tidak tampak dilepas ke atas langit saat menjelang perayaan puncak Waisak yang kian semarak.

Layaknya persaudaraan  sejati, Masing-masing umat beragama tersebut hanya menjalankan ibadah menurut keyakinan masing-masing dari rumah. 

Tangkap layar live streaming Tri Suci Waisak di akun Medium sangga Theravada Indonesia
Tangkap layar live streaming Tri Suci Waisak di akun Medium sangga Theravada Indonesia

Puja Bhakti dan meditasi umat Budha pun dilangsungkan secara daring melalui beberapa channel digital yang bisa disimak dan diikuti tanpa mengurangi makna mendalam.

Waisak dan kesadaran untuk tetap menjaga jarak. Wujud kebaikan dan kebajikan kecil saat pendemi menjadi komitmen bersama. Upaya untuk tidak kian memperluas penyebaran Corona agar Waisak tahun depan kembali gegap gempita penuh lantunan doa. 

Energi semangat kebaikan dan kebajikan harus tetap ditebarkan. Masuk kedalam tiap relung jiwa anak manusia, terlepas apapun agamanya. Tak peduli apakah mereka yang tengah lapar dahaga berpuasa selama Ramadan, ataupun mereka yang khusyuk memanjatkan puja bakti dan meditasi saat Waisak datang. Atau mereka yang telah terlebih dahulu merayakan paskah hingga hari Nyepi. 

Sebagai seorang muslim saya yakin dan optimis. Sinergi Ramadan dan Waisak menyatukan unsur bulan sejuta kebaikan dan kebajikan. Waisak menjadi momentum yang mengingatkan 3 peristiwa sekaligus atas kelahiran Sidharta Gautama, tercapainya puncak penerangan sempurna hingga menjadi Budha sekaligus mangkatnya Budha Gautama. 

Kebaikan, kebajikan yang dibalut dengan cinta kasih, tolong menolong, saling membantu sesama tanpa memandang latar belakang golongan dan agama disaat musim Corona menjadi hal yang  patut kita lakukan, sekecil apapun bentuknya yakin akan bermanfaat bagi sesama.

Dua unsur positif dalam relasi antara manusia tersebut akan menjadi nilai yang salah satu pengejawantahannya mewujud dalam kearifan lokal yang sering kita sebut sebagai gotong royong.  Kita semua pasti sepakat, bahwa Bahu membahu, saling tolong menolong antar sesama itu menjadi hal yang wajib selayaknya Relasi Hablum Minallah - Hablum Minan Naash dalam Islam. Ataupun ajaran welas asih dalam Budha.

Meski Ramadan dan Waisak tahun ini umat muslim tidak bisa shalat berjamaah, begitupun umat Budha tidak bisa hadir di Vihara-vihara untuk merayakan detik-detik kelahiran sang Budha, kita harus tetap optimis bahwa kebaikan dan kebajikan itu akan terus kita lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun