Mohon tunggu...
Rosmale Gundhi
Rosmale Gundhi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hoping a better life with no party

Selanjutnya

Tutup

Politik

Reformasi Bablas

13 Juli 2012   08:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:00 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 1998 merupakan masa paling diingat banyak orang di negri ini. Peristiwa yang menjadi benang merah dengan banyak peristiwa memilukan terjadi. Mulai dari perambahan toko dengan cara yang tidak wajar bahkan vandalisme terjadi dengan darah berhamburan dari tubuh yang tidak berdosa.

Itulah harga mahal yang harus dibayar oleh reformasi 1998 itu. Mengapa sebuah keinginan baik yang dikemas dalam bingkai reformasi itu justeru melahirkan kebiadaban di tengah kehidupan manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa? Pertanyaan paling berat adalah bagaimana masyarakat kita yang dikenal dengan budaya lemah lembutnya kemudian berubah menjadi serigala yang memangsa dengan ganasnya?

Mengapa Reformasi Tidak Membawa Perubahan Signifikan? Proses reformasi yang bergulir di negri ini berawal dari stagnasi sebuah kondisi yang meliputi politik, ekonomi, social dan budaya. Begitu pula terhadap birokrasi yang dilakoni sebuah rezim baik pada skala makro di Pemerintahan Daerah maupun di level makro, secara nasional.

Keadaan tetap yang terjadi dalam waktu panjang sudah pasti menimbulkan kejenuhan yang berakibat fatalisme terhadap kondisi tersebut. Dus membentuk opini yang kian menjalar hingga akar rumput.

Moment ini muncul tentu saja bukan tanpa upaya dan peran kelompok tertentu yang sengaja memancing di air keruh. Bahkan kelompok ini sengaja memanfaatkan momen ini sebagai trigger pecahnya telur reformasi yang melahirkan kerusuhan berdarah di seantero negeri. Niat awal yang baik berujung pada pertumpahan darah yang justeru berlawanan dengan niat itu. Masyarakatpun mengalami kerugian di segala sisi. Fantastis.

Mengapa niat baik justeru melahirkan hal sebaliknya? Reformasi merupakan cita-cita yang lahir karena keadaan status quo yang tidak memberi sebuah harapan kepada rakyat. Harapan perubahan itu kemudian menjadi sesuatu yang wajar dan normal. Namun yang terpenting untuk melakukan perubahan itu adalah menyetel antara kondisi status quo, strategi perubahan, bentuk perubahan, dan hasil secara akurat.

Kalau boleh dianalogikan, pesawat terbang menjadi contoh yang pas. Lihatlah ukuran keseimbangan berat kedua buah sayap pesawat itu. Tingkat akurasi yang dihasilkan tidak melenceng sedikitpun. Lalu berat jenis tubuh dan perangkat pesawat lainnya dirancang dan diukur secara akurat. Begitupun dengan seorang pilot. Seorang pilot menjadi factor penting dalam misi penerbangan. Walhasil, pesawat mampu melakukan penerbangan dan membawa penumpang dari sebuah tempat ke tempat lainnya. Meski demikian tak jarang kita temukan masih ada saja pesawat jatuh dan menimbulkan kematian penumpang.

Dengan tingkat akurasi yang super dan pilot berpengalaman, pesawat tak jarang menukik di luar area yang seharusnya, apa lagi tanpa perhitungan dan pilot yang asal-asalan.

Reformasi 1998 terjadi karena dorongan atas sebuah kondisi yang menjemukan namun tidak dibarengi perhitungan dan strategi yang akurat. Dasar reformasi hanya didorong oleh keinginan terhadap perubahan tok tanpa memahami, mempelajari dan visualisasi makna reformasi.

Masyarakat tergerak oleh sekumpulan mahasiswa yang mengusung arah reformasi itu tanpa bekal pengetahuan dan pertimbangan. Bagi mereka yang penting “BERUBAH” dan rezim lama tergantikan dengan rezim baru versi mereka. HHMMM….sebuah fakta yang menyedihkan. Inilah keinginan dan kepentingan kelompok gelap yang ingin membangun kekuatan di balik kepentingan rakyat. Mereka memanfaatkan elemen mahasiswa dan rakyat untuk menggulingkan sebuah rezim dan menggantinya sesuai grand design yang mereka inginkan. Sayang sekali hal ini tidak dipahami secara akurat oleh mereka yang tergiur oleh isu perubahan itu. Sehingga nasi telah menjadi bubur dan negeri ini semakin hancur.

Ironisnya adalah di saat reformasi berjalan tertatih-tatih, muncul kerinduan terhadap figure yang dulu dicaci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun