Magang seringkali menjadi titik balik, sebuah jembatan antara teori perkuliahan dan praktik di dunia nyata. Bagi penulis, magang di sebuah Perusahaan yang bergerak dibidang real estate and housing development bukan hanya sekadar mengisi CV maupun konversi nilai mata kuliah, melainkan perjalanan yang membuka mata tentang dinamika proyek dan, yang terpenting, membantu penulis menentukan arah karier ideal sebagai lulusan desain interior.
Pengalaman magang penulis tak berhenti di balik meja gambar. Penulis diberi kesempatan untuk turun langsung ke lapangan secara rutin. Penulis turut membantu memantau progres pembangunan rumah-rumah di proyek Grand Peninsula Park dan Central Park Juanda. Ini adalah pengalaman yang sama sekali berbeda dan pastinya tidak bisa didapatkan dibangku perkuliahan. Dari yang awalnya hanya melihat denah dan gambar 3D, penulis kini menyaksikan setiap tahapan pembangunan berjalan.
Pengalaman magang ini adalah wawasan baru tentang dunia dalam konstruksi yang sebelumnya tidak penulis pahami. Penulis sering mendengar istilah-istilah di lapangan yang asing di telinga mahasiswa seperti cornice (lis profil pada sambungan dinding dan plafon), architrave (lis bingkai di sekitar pintu atau jendela), kongleong, dan masih banyak lagi istilah teknis lain yang menjadi kosakata sehari-hari di lapangan.
Selain itu penulis baru menyadari spesialisasi para tukang. Sebelum magang, penulis membayangkan seorang tukang bisa menangani berbagai macam pekerjaan dari awal hingga akhir. Realitanya? Setiap tukang memiliki keahlian dan fokus spesifiknya sendiri. Misalnya, tukang kusen hanya berfokus pada pemasangan kusen hingga finishing kusen saja. Sistem ini membuat pekerjaan lebih efisien dan hasilnya lebih berkualitas karena setiap orang adalah ahli di bidangnya masing-masing. Ini adalah pelajaran yang sangat berharga tentang manajemen proyek dan pembagian kerja yang tidak pernah diajarkan di bangku kuliah.
Penulis dipercaya untuk mendesain area marketing gallery di clubhouse Central Park Juanda. Sebelum memulai proses desain, penulis terlebih dahulu diajak untuk meninjau langsung kondisi eksisting marketing gallery. Langkah awal ini krusial agar setiap pilihan warna, material, dan aspek keergonomisan yang dipertimbangkan dapat secara optimal menciptakan ruangan yang tidak hanya estetika, tetapi juga berfungsi maksimal bagi penggunanya.
Penerapan ergonomi dan fungsionalitas dapat dilihat dari penataan zona yang terencana seperti area display di awal, dilanjutkan dengan area tunggu dan diskusi yang nyaman untuk mendukung interaksi lebih santai. Tata letak ini dirancang untuk memandu pengunjung melalui pengalaman yang terstruktur dan nyaman. Pencahayaan yang strategis, ditambah dengan elemen dekoratif seperti poster informatif dan tanaman hijau, tidak hanya mempercantik ruangan tetapi juga meningkatkan kenyamanan visual dan menciptakan suasana yang ramah.