Mohon tunggu...
Agung Soni
Agung Soni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bismillah...Alhamdulillah Wa syukurillah

Selanjutnya

Tutup

Money

Cara UKM Bertahan di Tengah Badai Krisis Ekonomi

12 Oktober 2014   04:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:24 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sebagai salah satu pelaku usaha di Bali, kami sering melakukan sharing bersama teman-teman sesama pengusaha. Selain menambah wawasan , ini adalah salah satu cara terbaik untuk mencuri dan menimba ilmu yang sebelumnya tidak pernah terlintas di benak kita.

Kehidupan Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah kehidupan usaha mikro yang berbasis kepada manfaat dan pengembangan sumber daya minimal tapi berpotensi besar untuk menjadi sumber kekuatan ekonomi bangsa. Contoh sederhana, saat krisis ekonomi bangsa di Tahun 1998, pernah mendengar banyak perusahaan yang gulung tikar karena perubahan drastis dollar kepada rupiah, bukan ?  Tapi tidak pernah terlintas di benak kita bagaimana ibu-ibu penjual gudeg di Jalan Malioboro Yogyakarta tetap bisa tegar berjualan atau pengrajin ukiran di Jepara dan Bali bisa mempertahankan usaha mereka padahal fluktuasi dari rupiah yang terus melemah menjadikan banyak dari kita yang sebagai karyawan harus ikhlas dirumahkan.

Berdasarkan inilah, saya mencoba menulis beberapa cara yang banyak dilakukan pengusaha kecil  dari segi internal UKM itu sendiri yang pernah saya amati dan jalankan sehari-hari.

Cara  UKM  Bertahan

1. Bagi hasil dengan pekerja atau karyawan/staff.

Sepertinya mungkin masih belum begitu banyak usaha kecil yang melakukan sistem pembagian hasil dengan karyawannya sendiri yang bekerja sama dengan sang pengusaha. Cara mudah memahaminya , saat pengusaha mengalami keuntungan dalam pekerjaan, maka untung yang didapat itu juga bisa diberikan kepada karyawannya. Atau mungkin bila dengan cara kami di bengkel yang kami kelola adalah saat akhir hari kerja (sore), omzet yang didapat, langsung saya berikan 2,5% nya untuk karyawan yang masuk ( ini meliputi kerja knalpot dan servis) dan 25% untuk pekerjaan understell (kaki-kaki mobil seperti servis Tierod, Ball Joint, dll). Itu terus kami lakukan setiap hari.

Artinya karyawan memang harus bisa tetap memegang uang setiap hari, di luar gaji bulanan yang tetap sebagai haknya. Hitung-hitung mereka bisa tetap bisa beli bensin untuk pulang pergi bekerja.

Langkah yang saya ambil ini ternyata di luar dugaan membawa banyak kebaikan buat karyawan. Mereka menjadi tertantang untuk bisa mendapat bonus setiap harinya dari pekerjaan mereka. Setiap hari, ada 1 karyawan bisa membawa pulang uang 100 ribu sampai 250 ribu dari hasil kerja mereka. Dan akhirnya banyak karyawan kami yang tadinya belum punya kendaraan roda dua (motor) bisa mengambil cicilan motor. Masuk akal buat saya, karena gaji bulanan utuh, setiap hari mendapat persenan pekerjaan yang lumayan besar. Otomatis, kesejahteraan mereka juga terangkat. Praktis bukan ?

2. Karyawan Harus Terus Mendapat Motivasi dan Inspirasi Dengan Bekal Agama dan Wawasan Kehidupan

Inilah yang mungkin terus dilakukan banyak perusahaan. Karyawan juga manusia. Mereka akan mengalami naik turun semangat bekerja. Saat usaha sedang sepi pelanggan, daripada mereka tidur, maka kami sering mengajak mereka untuk berkumpul dan membaca kitab suci Al Qur'an. Sedangkan yang beragama Nasrani kami beri ruang juga untuk berdoa bersama. Dan yang beragama Hindu melakukan sembahyang di pura kecil yang ada di depan bengkel (biasanya tempat yang kami kontrak, pemiliknya memiliki pura kecil depan toko).

Setiap pagi kami mengajak mereka Shalat Dhuha dan briefing kecil dalam rangka memperkuat ketaqwaan dan motivasi dalam bekerja. Bila bekerja dengan dasar mengingat Tuhan, kami yakin segala sesuatunya akan direstui Tuhan.

3. Silaturahim dan Persaudaraan Antara Pengusaha & Karyawan Harus Terus Terbina dan Terjaga

Karyawan yang diperhatikan kesejahteraannya dan juga kehidupan sosial yang baik dengan atasan adalah modal utama setiap usaha untuk bisa meningkatkan mutu kerja. Pengendalian kualitas kerja tidak akan pernah bisa didapat bila pengusaha bergaya "BOSSY" akan menjadi raja kecil dalam sebuah usaha. Karena raja, maka semua perkataan dan perbuatan tidak boleh dikritisi. Padahal ini zaman bukan Siti Nurbaya lagi , semua serba musyawarah dan harus bisa mufakat bersama karyawan.

Lebih baik, memang tulisan ini saya fokuskan saja tentang cara dari dalam (internal) sebuah UKM bisa mempertahankan keberadaan usahanya di tengah badai krisis ekonomi.

Dari semua inti usaha yang dilakukan UKM memang akhirnya mengerucut kepada sebuah titik dimana akhirnya harus ada CSR (Corporate Social Responsibility) dari pelaku usaha itu sendiri. Walaupun laba kecil, saya memperhatikan bahwa UKM ternyata lebih berani menyisihkan CSR mereka untuk kepentingan sosial lingkungan nya.

Dalam kisah sederhana, mungkin kita tidak akan asing dengan kisah penarik becak yang bisa berangkat haji dengan cara yang unik. Yakni ia menggratiskan penumpang khusus pada Hari Jumat. Atau tukang bubur yang menyisihkan hasil penjualannya sebagian untuk diberikan kepada yayasan yatim piatu, sebagian untuk kebutuhan pokok sehari-hari.

Menakjubkan memang cara UKM untuk bertahan di tengah badai.

"bolehlah kita berpendapat "Iya saja kegiatan ekonomi UKM tidak berhubungan langsung dengan pinjaman dollar" tapi di atas semuanya itu ternyata UKM bertahan di tengah badai karena mereka memanusiakan manusia lain".

Boleh jadi, penjual warteg akan memberi kemudahan pembeli dengan memperbolehkan hutang dulu, atau harga miring nasi bersama lauk pauknya akan menolong beberapa mahasiswa kost yang belum mendapat kiriman dari orang tuanya atau karyawan yang masih menunggu gajian.

Nasi kucing, nasi jinggo, nasi murah lainnya adalah salah satu produk yang memberi contoh pada kita kalau UKM bisa menolong rakyat bertahan dalam kekurangan.

Itulah sebab yang terjadi. Karena UKM yang bertahan lama adalah UKM yang berbagi dengan sesama.

"Tuhan akan menolong manusia yang masih mau menolong manusia lain".

Salam Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun