Puisi tentang kondisi perpisahan, dengan rasa cinta yang tetap bertahan
Sebentar lagi Ramadhan akan hadir kembali tetapi apakah raga kita akan berjumpa dengannya ataukah kita tinggal nama yang terpahat pada sebuah nisan?
Puisi pertama dari sebelas rincian judul puisi tentang Sisa-Sisa, khususnya tentang Sisa-Sisa dari Senyumnya. Semoga bermanfaat.
Pada sujud yang terakhir dan semoga bukan yang terakhir
Tadi adalah yang pertama kalinya aku tak duduk di sampingnya. Entahlah bagaimana rasanya, kehilangan seseorang yang asyik dalam segalanya.
Menyudahi percakapan membuat kita berpura-pura menikmati sunyi
Menaikkan harga BBM pilihan sulit dan pilihan terakhir, kata Presiden.
Adanya Akhiran Sebagai Pacuan Kesungguhan Tekad
Puisiku berjudul malam terakhir berharap akan berakhir
Suara mu dengan lantang terdengar Suara terakhir di malam ini wahai kambing dan sapi yang mendengarkan takbir
Penghormatan terakhir kepada Bapak Teknologi. Pemerintah mengajak masyarakat dan lembaga negara untuk mengibarkan bendera setengah tiang selama 3 hari
Menyeka air mata dimalam hari dengan bergelayut risau kehidupan ini
Tenaga medis yang berusaha dan tetap semangat dalam berdoa agar covid ini segera sirna
Oh Ramadhan di sisa lima terakhir. Aku akan berusaha semaksimal mungkin Mengejar Lailatul Qadar dan mengejar pahala.
Apapun hasilnya semoga ini bukan ulang tahun terakhir untuk melanggengkan kuasa dan kekuasaan saat ini.
Wahai pejuang cinta Desember bukan bulan terakhir untukmu Lihatlah awan bergegas memanggil burung-burung segera turun menemanimu Aneka bunga kian be
Jika ini tulisan terakhirku. Aku ingin semua orang yang membuatku berharga
Sepasang kekasih bertemu, ketika esok harinya akan berpisah beberapa lama. Mereka menikmati kebersamaan di tepi pantai hingga lupa waktu sampai larut.
Kabar terakhir itu kudengar dari sahabatmu, suamimu tlah pergi dipanggil Illahi Robbi
Jika suatu saat realitas dunia ini harus kita tinggalkan, maka hakekatnya adalah bukan dunianya yang kita tinggalkan, melainkan kesadaran kita