Langkah Rohmawati tak selalu tercatat sistem, tapi jejaknya hidup di madrasah. Sebuah kisah perjuangan di balik laporan yang tak sempurna.
Namun untuk saat ini, kita masih di sini. Diam, menatap langit, dan berharap ada yang mendengar.
Menunggu-nunggu letusan akhir dari dua nalar yang berbenturan
untuk sejenak biarkan keluh/kita pulangkan ke negeri bintang-bintang
Bumi sangat luas maka jangan merasa sedih dan berkeluh kesah, sekali-kali beranjak dan nikmati sisi dunia ini.
Setiap langkah seakan berat,terjerat dalam diam yang lekat.Namun jiwa mencari celah
Waktu berlari tanpa menunggumu, jangan menoleh pada yang lalu, fokus karena ia tak segan untuk melangkah
Cuma rindu ibu, dan sedikit gundah, terimakasih sudah membaca
Mungkin sudah benar keputusan awan mendung yang melepas rintik hujan. Kita, tidak perlu, terlalu lama membendung keluh.
Puisi-puisi sedih ini ditulis dengn dari hati sesuai dengan Konteks penulis
Menjaga hati agar tak ada yang tersakiti adalah pengorbanan tanpa henti, hanya sejenak, menunggu garis hidup yang ditentukan.
Keluh kesah dalam resah yang berkepanjangan
Berkeluh kesah atas keadaan memang terasa berat seakan menjadi beban yang harus dipangku namun kita dapat menjadi mampu saat kita siap berbagi
Apabila perhatikan perbedaan kalau begitu Memuaskan keinginan yang sudah lantaran
Keluh ini terbenam resah ini menerkam, sulit untuk melepas tapi tegar untuk lekas bebas
Puisi kedua dari sembilan rincian judul puisi tentang Terkadang, khususnya tentang Terkadang Patuh Terkadang Keluh. Semoga bermanfaat.
Ayah adalah sosok yang sangat berharga bagi anak dan bisa menjadi pengganti peran Ibu.
Puisi kesebelas dari dua puluh delapan rincian judul puisi tentang Tidak Harus, khususnya tentang Tidak Harus Menyepi. Semoga bermanfaat.
Menarilah di bawah hujan sentuhlah tiap rinainya yang turun