Ujian, kertas, dan kenangan bersatu di hari Kamis cerah. Di ruang 8F, Gendis meresapi haru ujian, persahabatan, dan pesan hangat dari Bu Laksmi.
Jemari ini, hanya sering menekan ponsel hanya bisa mematikan saklar lampu
Point of View Indah Sinar MatamuAnak itu melihat sehelai daun di kebun bungaHijau menyala tertimpa sinar matahari pagiSudut matanya menyusuri tangkai
Puisi: Di Sela Jemari Hatimu Bertasbih Sapa ramah mentari di pagi penuh kasihselembut tanganmu membelai tanpa pamrihsiap menopang tiap langkahku
Menuangkan aksara tak semudah membalikkan telapak tangan
Seorang yang merasakan rindunya pada sesuatu amatlah resah gelisah namun bila berjumpa bagai kain yang tersulam benang. Bersatu dalam rajutan hatinya.
Menggenggam Jemari yang Rindu
Perjuangan memang tidak mudah, bahagia setelah tuntas.
Dalam malam sunyi ini teringat kalimat yang terurai dalam otak dan pikiran menyatu di tangan. Menulis di depan layar malam ini harinya menahan kantuk.
Berkarya dengan pena dan bahasa yang bermakna dari lubuk hati yang terpaku diam. Duduk sembari menunggu proses penaku berjalan menyusuri cerita indah
puisi akrostik jemari menari
Kau tahu tapi apa peduli mukau menutup mata dan telingakau membisu dengan seribu alasan
Selepas malam yang menggigil kenangan yang membeku mulai tanggal
Bercerita tentang seorang anak yang hidup di jalanan
Janji yang terikat oleh jari yang saling mengikat dan takkan lepas
Jari jemari yang Lincah menghasilkan suatu karya yang indah
Menulis perlu ketelitian. Baca ulang dan sungtinglah jika perlu, sebelum tulisan diunggah. Kesalahpahaman karena tulisan bisa menimbulkan huru-hara.
Sri Sugiastuti, Engkau dikenal sebagai Bu Kanjeng, Ada juga yang menyebutnya sebagai bunda Kanjeng, Ratu Antologi pegiat literasi
Melirik pandang lukisan urai milik tetangga, menyaksikan tangga di jendela dan pintu bertanggal