Dalam satu pelayaran.Jakarta - Makassar (dok foto Nur Terbit)Catatan Mudik (72)"BALADA PELAUT" ITU LAGUNYA, EH PELAUTNYA KETEMU DI UDIK - Catatan : Nu
Para wanita buruh gendong di pasar cerminan bagaimana perjuangan wanita yang sesungguhnya
Mari kita berjalan-jalan ke Taman kecil, Taman Puisi
Lahirnya penciptaan puisi “balada” menunjukkan karakteristik sastra angkatan tahun 50-an
Mendung gelap menggantung alamat hujan deras. Sepotong singkong goreng bekal terakhir. Sebotol air bening sisa kemarin.
Balada supir angkot, jeritan sopir angkot, terkadang dapat penumpang, terkadang kosongan
Jika Anda menggelitik bumi dengan cangkul, dia tertawa dengan panen
Kau dengan seluruh keyakinan mu untuk pergi Dan aku, tetap berjuang mematahkan sisa-sisa ingin
Tapi alhamdulillah, kami guru-guru TK diberikan rasa suka cita, kebahagian dan kepuasan yang tak dapat dihitung dengan apapun dan kami menikmatinya.
Para penjilat dan pendusta akan selalu sejalan
Tulisan yang sederhana dan aku senang. Dan pembaca mudah-mudahan senang. Hehehe.
Puisi yang datang saat bangun tidur. Entahlah aku meracau..
Berpuluh-puluh kata yang biasanya lepas tanpa jeda,Kini meluruh, terhenti di persembunyian makna.
Entah apa yang dirasa saat ituEmosi berkecamuk terbayang segala hal buruk
Kalau cinta sudah menggores luka, balada sakit hati pun mulai mengalun
Tanah subur hanya jadi karikatur Petani makmur hanya jadi cerita ngawur Orang kecil miskin sudah jadi kultur Tak ada duit tinggal mati dikubur
40 tahun kemudian, apakah album "Sarjana Muda" yang meroketkan Bang Iwan Fals juga memulangkan Anda ke asal?
Sepasang kaki letih menanggalkan rasa mengajak sepasang sandal tua mengeja kata berharap tak pernah lahir sebuah tanya, di mana Ayah?