Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Waspadai Ancaman Budaya Instant di Sekolah

17 September 2015   17:17 Diperbarui: 17 September 2015   17:27 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Waspadai Budaya Instant Di Sekolah kita"][/caption]Seorang pelajar SMP, yang masih tetanggaan datang ke kantorku, untuk akses internet, karena ada PR yang diberikan gurunya di sekolah. Ia diberikan PR itu membuat sebuah makalah. Katanya, panjang tulisan tersebut sekitar 2000 an kata. Pelajar itu dengan cepat dan lihai menyelesaikan tugas membuat makalah itu, tidak lebih dari 1 jam, setengah, ia sudah menyelesaikan makalahnya. Cepat sekali ia menyelesaikan tugas karya tulisnya. Bayangkan saja, sekelas anak SMP itu sudah bisa menulis dalam waktu yang relative singkat. Hebat bukan?

Ya tentu saja hebat sekali. Biasanya kita menyelesaikan sebuah makalah itu tidak dalam waktu sesingkat itu, tetapi bisa satu hari, karena membutuhkan data yang valid untuk sebuah makalah. Namun tidak dengan pelajar yang disebutkan di atas tadi. Sangat canggih. Lalu, apa kuncinya sehingga ia bisa menyelesaikannya?

 [caption caption="Waspadai Budaya Instant Di Sekolah kita"]

[/caption]

Tentu bukan rahasia lagi, seperti kebanyakan orang di zaman sekarang, pelajar ini juga menggunakan jasa uncle Google. Ia tinggal ketik saja kata kunci dan dalam sekali klik bahan yang ia inginkan atau butuhkan itu keluar. Dengan membacanya sekilas saja, lalu copy paste satu atau dua paragraph, lalu cari lagi tulisan orang lain tentang hal yang sama, kemudian copy paste lagi dan masukkan ke paragraph-paragraf baru. Cara ini memang sangat mudah, karena tidak harus menghabiskan banyak waktu untuk berfikir, tidak perlu banyak waktu untuk mengetik dan juga tidak perlu banyak waktu untuk menhasilkan sebuah makalah atau karya tulis. Jadi, copy di sini, copy di sana, jadilah sebuah tulisan atau makalah. Enak benar, ya kan?

Begitulah kemajuan anak zaman sekarang. Di zaman modern saat ini, semua hal dalam hidup ini berjalan begitu cepat dan pesat. Hampir semua hal yang dahulunya susah dilakukan, kini serba mudah. Hampir semua hal yang dulunya membutuhkan waktu yang sangat lama untuk dikerjakan, kini dalam waktu yang sesingkat-singkatnya bisa dilakukan dan didapatkan. Bahkan hampir semua yang dahulu mahal, kini berubah menjadi murah. Yang dahulu mewah, kini menjadi barang yang biasa-biasa saja. Misalnya untuk berkomunikasi menggunakan jaringan telpon dan mahal, kini bahkan untuk bisa gratis. Begitu pula kalau dahulu, untuk mengirim surat ke luar negeri bisa menghabiskan waktu hingga satu bulan, kini hanya tinggal dalam hitungan detik. Jadi begitu mudah dan cepatnya perubahan hidup yang terjadi saat ini, yang membuat kehidupan dunia menjadi tidak berbatas (borderless). Anak-anak yang masih usia pelajar pun memanfaatkan kondisi ini. Salah satu yang dilakukan anak yang masih berstatus pelajar adalah memanfaatkan teknologi dalam belajar mempersiapkan dan menyelesaikan tugas dan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru. Jadi, anak-anak kita pun kini merasakan bagaimana enaknya mengerjakan sesuatu secara instant.

 [caption caption="Sarjana pun isntant"]

[/caption]

Betul. Itu sudah tak dapat dipungkiri, cara –cara instant dalam kehidupan kita semakin membudaya. Semua ini berkat dari kemajuan ilmu dan teknologi yang dicapai manusia, terutama dalam bidang teknologi informasi. Maju dan pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tersebut juga semakin gegap gempita dengan kemajuan di bidang industri-indusrti lain, seperti halnya kemajuan di bidang indutsri makanan dan minuman serta bidang lainnya. Kemajuan industri makanan dan minuman, telah berhasil membuat kita menjadi semakin manja dalam konsumsi makanan dan minuman. Bila dulu kata harus menanak nasi atau air untuk dimakan dan diminum, kini tidak perlu lagi kayu bakar dan minyak tanah serta kompor minyak untuk menanak nasi dan air. Semua kini ada makanan dan dan minuman siap santap. Bukan saja ditandai dengan hadirnya warung-warung cepat saji (fastfood), tetapi juga banyaknya produk makanan dan minuman dalam bentuk kemasan yang tidak perlu l;agi dimasak dan bahkan mudah dimakan dimana saja dan kapan saja. Hidup ini memang terasa semakin mudah dan praktis.

Mudah dan praktisnya pola hidup zaman sekarang, tentu sangat membantu kita untuk bisa bergerak lebih cepat. Lebih mobile dan dinamis. Namun, sayangnya sejalan dengan kemajuan tersebut, perubahan pola hidup praktis tersebut membuat masyarakat dunia menjadi masyarakat yang hidup dalam pola serba instant yang cepat saji seperti sajian fastfood. Anak-anak kita di sekolah pun kini terus menikmati budaya instant, mulai dari cara mencari ilmu yang serba instant, sampai pada aktivitas mengkonsumsi makanan-makanan serba intant. Pokoknya, semua orang kini terjebak dalam dunia yang serba instant, ya budaya instant.

 [caption caption="Buruknya dampak budaya Instant"]

[/caption]

Selain terjebak dalam budaya instant, budaya ini telah menumbuh dan menyuburkan konsumerime yang meperangkap kita dalam pola kehidupan yang sangat konsumtif. Sehingga posisi masyarakat banyak yang berada pada posisi sebagai kumsumen yang bahkan sangat konsumtif. Budaya konsumtif ini, terus berkembang sesuai dengan perkembangan dan perubahan budaya dan gaya hidup masyarakat kita. Tidak salah kalau ada yang mengatakan bahwa masyarakat kita hanya menjadi objek dari produk berbagai industry makanan dan lainnya dan bahkan sebagai korban dari budaya instant itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun