Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Menangani Kasus Anak yang Mencuri

9 Januari 2016   07:21 Diperbarui: 9 Januari 2016   10:12 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Kita harus bijak menangani kasus anak yang mencuri"][/caption]Oleh Tabrani Yunis

Kemarin pagi, menjelang waktu shalat Jumat, tiga anak kecil usia sekolah SD datang ke toko Balitaku Galery, di samping Potret Galery. Ketika datang, ketiganya melihat-lihat mobil mainan tamiya yang dipajang di etalase toko itu. Aku dan rekan-rekan yang sedang di toko melihat dan mengamati wajah mereka. Aku berhasil mengidentifikasi salah satu dari mereka. Lalu, aku bertanya kepada anak yang aku curigai dan aku kenal itu. " Kamu sekolah dimana?". Ia menjawab, aku sekolah di SD pulan. Aku merasa tidak sabar dan ingin terus menggali informasi darinya. Aku pun mengajak ia menonton rekaman CCTV, namun ia tidak mau untuk menyaksikan rekaman CCTV yang sudah ada di laptop. Ya, tidak apa-apalah. Aku mengajak mereka ngobrol, tanpa memaksa atau mengancam mereka. Karena aku sadar, mereka itu masih anak-anak yang membutuhkan perhatian dan perlu mendapatkan bimbingan. Yang penting, mereka adalah anak-anak yang sedang aku cari dan menunggu kedatangan mereka ke Toko Balitaku Galery.

Nah. siapakah ketiga anak-anak yang datang pagi Jumat, 8 Januari 2016 itu? Mereka adalah tiga dari 5 anak yang terekam kamera CCTV yang dipasang di Potret Galery pada hari Jumat 1 januari 2016. Pada hari Jumat itu, waktu sudah menunjukkan pukul 12.20 dan Potret Galery pun sudah tutup, karena  waktu shalat Jumat sudah tiba, kecuali Toko Balitaku Galery, tidak tutup karena yang menjaga toko tersebut perempuan dan tidak pergi melaksanakan shalat Jumat. Aku pun yang tinggal di latai dua toko Balitaku bersiap-siap untuk ke masjid. Aku pun mandi dahulu.

Usai mandi, aku melihat di layar CCTV di kamarku ada seorang anak yang berlari masuk ke toko Balitaku Galery, aku mengamati apa yang terjadi. Ia langsung lari keluar toko. Aku mengatakan kepada isteriku ada seorang anak yang masuk ke toko. Aku turun dan melihat laci toko terbuka. Laiu aku bertanya pada isteriku, apakah ada menyimpan uang di laci toko? Ia menjawab ada, tapi sedikit dan isteriku bertanya, mengapa?

Aku melihat laci terbuka dan uang di laci tersebut sudah tidak ada. Aku katakan kepada isteriku bahwa uang tersebut dicuri oleh anak-anak yang masuk dan merayap ke toko. Ya, karena aku buru-buru ke masjid untuk melaksanakan shalat Jumat, aku langsung ke masjid.Aku merasa kewajiban ke masjid harus aku dahulukan, kalau urusan dengan anak-anak ini, nanti saja usai shalat Jumat bisa dilihat di CCTV.

Usai shalat Jumat, maka baru aku dan isteri serta penjaga toko memerika apa yang dilakukan oleh anak-anak tersebut dalam rekaman CCTV tersebut. Hmm, ternyata ada 5 anak usia SD yang datang dan meletakkan dua sepeda mereka di depan Potret galery dalam posisi tidak berdiri, tetapi kedua sepeda itu ditidurkannya. Mungkin karena tidak punya cagak ( alat untuk mendirikan sepeda). Sepeda itu satu berwarna merah dan yang satu lagi berwarna hijau. Ke 5 anak usia SD yang tampak sedang melihat-lihat kulkas es krim di Toko sebelah Baltaku Gelery, mereka menyangka kulkas itu tidak dikunci. Mereka tampak begitu liar dan kemudian duduk di bangku panjang yang terletak di depan Balitaku galery itu. Nah, melihat keadaan sepi, mereka masuk ke toko. Namun 3 anak yang datang bersama mereka tidak berani masuh dan keluar lagi. Sementara satu anak dengan berbaju seragam bola dengan angka 7 di punggungnya, langsung menuju laci dan membuka laci, lalu lari keluar membawa uang yang ada di laci. memang tidak banyak, saat itu hanya ada sekitar Rp 162.000. Anak lelaki dengan kaos bola itu lari ke luar, di tangannya tampak uang pecahan seratus ribu dan lima puluh ribu. Sementara satu anak dengan baju kaos berwarna merah masuk lagi bersamaan dan tampaknya ia hanya berhasil mengambil sisa uang sebesar 12.000 dan langsung lari keluar. Faktanya adalah bahwa 2 dari 5 anak ini melakukan pencurian uang dan aku mengenal satu diantara mereka. Oleh sebab itu, aku hanya menunggu kapan waktu bagiku untuk memanggilnya dan meminta keterangan. Aku pun tidak mau menayangkan gambar rekaman CCTV di facebook, seperti dulu yang pernah aku lakukan saat sepeda motor yang aku parkir di depan kantor majalah POTRET digondol maling. Aku tidak mau menayangkannya karena mereka masih anak-anak. Mereka adalah anak-anak yang harus kita bimbing. Oleh sebab itu, aku memang harus bijak menangani kasus anak-anak ini. Aku hatus dengan sabar menangani agar mereka tidak malu dan dengan harapan mereka tidak akan melakukan lagi hal yang sama.

Ternyata, kemarin pada saat menjelang Jumat, 3 di antara mereka yang mengaku tidak mengambil dan menikmati uang tersebut datang dengan berpura-pura melihat-lihat mobil mainan. Aku merasa ini kesempatan bagus untuk mengorek informasi dari mereka. Maka, aku dekati mereka dan bertanya pertanyaan seperti di awal tulisan ini, yakni kamu sekolah dimana? Ia menjawab kalau dia bersekolah di SD pulan. Tanpa menunggu mereka mengaku perbuatan mereka pada tanggal 1 januari 2016 itu, aku mengajak mereka untuk menyaksikan rekaman CCTV, tetapi mereka menolak dan tidak jadi masalah, karena mereka bisa diajak ngobrol dengan santai. Ketiga anak ini menceritakan apa yang mereka lakukan. Namun mereka bertiga bukanlah anak yang mengambil uang di laci. Salah satu anak yang aku ajak ngobrol, katanya ia sudah ingatkan bahwa di kedua toko itu ada dipasang beberapa kamera CCTV, namun kedua anak yang masuk mengambil uang di toko Balitaku Galery tersebut tidak peduli. Salah satu anak yang aku kenal mengaku bahwa ia mendapatkan jatah 50.000, dua yang lainnya masing-masing 10.000, namun mereka mengembalikan uang tersebut kepada anak yang masuk mengambil uang itu yakni yang berkaos bola dengan punggung 7 itu. Anak lelaki yang aku kenal itu mengatakan bahwa mereka darang hari ini, ingin mengakatak kepadaku bahwa mereka tidak mencuri uang tersebut, tetapi dua temannya. Mereka pun dalam pengakuan yang mereka buat, tidak menikmati uang tersebut. Aku merasa ini adalah sebuah pengakuan yang jujur.

Karena waktu shalat Jumat sudah tiba, aku menyruh mereka untuk segera ke masjid dan shalat. Ketiga anak itu aku berikan masing-masing satu majalah Anak Cerdas. Aku menasihati mereka dan minta mereka mengajak teman yang dua itu untuk datang ke toko agar aku bisa menasihatinya. Namun, mereka berkata bahwa kedua mereka tidak mau berteman lagi dengan kedua anak tersebut. Aku pun kemudian menuju masjid untuk melaksanakan shalat Jumat. Namun, aku ingin bisa bertemu orang tua mereka untuk bisa bersama membimbing anak-anak yang terlanjur melakukan tindakan salah itu. semoga aku bisa bertemu dalam waktu yang tidak begitu lama.

Kiranya, untuk kasus-kasus anak yang melakukan pencurian, kita memang harus bijak. Tidak boleh emosi, tidak boleh melakukan tindak kekerasan, tetapi harus berusaha membimbing mereka dan menunjukan kepada mereka bahwa mereka telah terlanjur berbuat salah dan tindakan mereka tidak boleh dilakukan lagi. Kita juga tidak boleh membuat mereka malu, misalnya saat ini ketika kita memiliki fasilitas publikasi yang mudah, sebaiknya bila mereka masih berstatus anak-anak, maka jalan yang terbaik adalah bantulah membimbing mereka, lalu kita pun akan belajar bijak menangani kasus anak yang sedang belajar mencuri tersebut.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun