Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesantren dan Amplop Kosong

21 Juni 2018   00:27 Diperbarui: 21 Juni 2018   00:54 1678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buyung: belajar di mobil juga di surau

Itulah sebagian percakapan penulis dengan Buyung yang masih berusia 14 tahun, tetapi sudah disuruh oleh pemimpin dayah untuk menggalang dana dari masyarakat dengan cara membawa kotak amal, bukan hanya di wilayah kabupaten mereka berasal, tetapi lintas kabupaten dan berlangsung beberapa hari.

Wawancara di atas, sebenarnya bukan hanya dilakukan dengan Buyung, tetapi ada beberapa pencari sumbangan dana untuk daya atau pesantren yang bahkan bukan santri dari dayah tersebut dan tidak tinggal di dayah atau pesantren, tetapi menjalankan tugas sebagai penggalang dana, mereka mendapatkan fee dari kegiatan tersebut. Anehnya lagi ada pencari sumbangan yang tidak tahu dimana dayah atau pesantren yang ia galang. Ini artinya ada pihak yang mengorganisir.

Bukan hanya itu, di persimpangan lampu merah atau traffic lights, sering sekali kita melihat anak-anak berpakaian santri menggalang dana dengan membawa kotak amal. Mereka mendekati setiap kenderaan yang berhenti di traffic lights. Mereka mau berpanas-panas dan haus. Apalagi kalau cuaca sedang panas terik. Di satu sisi, kita kasihan, namun di sisi lain, ada perasaan yang kurang enak juga.

Melihat kegiatan mereka dan kegigihan mereka menggalang dana untuk Dayah atau pesantren tersebut, sebenarnya bisa dikatakan bagus, karena itu adalah sebuah bentuk kepedulian atau bahkan sepintas mereka mau membantu Dayah atau Pesantren dengan cara meninggalkan Dayah atau Pesantren mereka yang jauh tersebut. Di pihak lain, mereka ada yang tereksploitasi dan bahkan secara langsung mendidik anak atau santri menjadi pengemis dan terbiasa serta menjadi enak mencari rezeki dengan atas nama dayah atau pesantren, karena mereka mendapatkan fee dari aktivitas menggalang dana tersebut. 

Ketika anak-anak sudah bisa menghasilkan uang ratusan ribu satu hari selain makan dan minum gratis, tentu pekerjaan ini sangat menggiurkan. Para santri bisa merasa enak dan terakhir memilih menjadi pencari dana saja. Oleh sebab itu, tindakan semacam ini, selayaknya tidak dilakukan lagi oleh pihak dayah atau pesantren tertentu yang selama ini mempraktikan penggalangan dana yang melibatkan santri serta membuat target yang memberatkan santri. Karena kegiatan seperti ini bisa merusak mental anak-anak yang seharusnya mendapatkan pembelajaran yang layak seperti anak-anak di sekolah umum. Oleh sebab itu, pemerintah harus melakukan investigasi terhadap dayah atau pesantren yang masih melakukan kegiatan ini.


Ada Dinas Pendidikan Dayah, Apa yang mereka lakukan?

Sebenarnya pula, di Aceh selama ini di Aceh sudah ada Dinas yang menangani dayah atau pesantren di Aceh. Seperti ditulis Abdul Hadi dalam dpd.acehgov.go.id  menjelaskan bahwa Badan Pembinaan Pendidikan Dayah (BPPD) Aceh merupakan salah satu institusi dalam struktur organisasi Pemerintah Aceh yang bertugas untuk berusaha memajukan, menjawab & menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh lembaga-lembaga pendidikan dayah baik dayah salafiah maupun terpadu yang berada di Provinsi Aceh.

Lebih lanjut, Kepala Bidang Program BPPD Aceh Mustafa, S.Sos, M.Si menerangkan "sesuai dengan visi dan misi yang diemban BPPD Aceh yaitu : Terwujudnya Dayah Sebagai Lembaga Pendidikan & Pembinaan Yang Mampu Melahirkan Generasi Muda Berkualitas & Islami, Badan Pembinaan Pendidikan Dayah Aceh (BPPD Aceh) tahun 2016 telah menetapkan 7 program prioritas.

Dengan demikian, seharusnya dayah dan atau pesantren tidak lagi melakukan penggalangan dana dengan cara-cara yang diptaktikan selama ini, karena akan merusak citra atau nama baik dayah atau pesantren tersebut. Tindakan penggalangan dana seperti selama ini bisa membuat harkat dan martabat Dayah dan pesantren menjadi kurang baik.

Kiranya, ada banyak cara yang bisa ditempuh oleh pihak penyelenggara dayah atau pesantren dalam penggalangan dana secara produktif dan appresiatif. Daya atai pesantren, mungkin lebih baik membuat kegiatan ekonomi kreatif untuk membantu kebutuhan finansial Dayah atau pesantren, tanpa melibatkan anak-anak yang bahkan masih berada pada usia di bawah umur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun