Mohon tunggu...
Tabita Larasati
Tabita Larasati Mohon Tunggu... Desainer - disainer

suka jalan-jalan dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kita, Keluarga dan Gadget

19 Januari 2023   15:13 Diperbarui: 19 Januari 2023   15:22 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Penulis pernah membaca suatu artikel tentang keluarga Bill Gates. Penemu Microsoft sebuah teknologi modern di industry computer dan kini dipakai seluruh dunia untuk computer dan internat itu pernah digambarkan sebagai orangtua yang bijak. 

Keluarga mereka tidak membiasakan diri untuk menggunakan gadget dengan berlebihan. Di ruang makan, ayah ibu dan anak-anak mereka tidak pernah membawa gadget,  bahkan sang ayah menetapkan aturan, bahwa anaknya baru boleh membawa gadget setelah usia 14 tahun.

Ini berbeda dengan kebanyakan keluarga di Indonesia. Di sini, aturan tentang penggunaan gadget amat longgar bahkan nyaris tanpa larangan di keluarga inti. Kita bisa melihat data bahwa jumlah akun media sosial di Indonesia melebihi jumlah penduduknya, artinya seorang bisa memikili satu akun media sosial. Bahkan seorang bayipun sudah punya akun media sosial meski itu adalah ayah atau ibunya. 

Artinya warga kita gemar bahkan amat gemar bermedia sosial meski tidak untuk kepentingan pekerjaan atau produktif. Dengan kata lain, masyarakat kita sangat gemar memakai gadget.

Sekolah juga begitu. Aturan ketat hanya dilakukan untuk PAUD dan sekolah dasar. Sedang untuk sekolah lanjutan pertama dan sekolah tingkat atas, aturan itu longgar. Bahkan sekolah menengah pertama sudah diperbolehkan dibawa  ke sekolah. Itu artinya, aturan formal kita soal internet dan penggunaan media sosial oleh insttusi pendidikan longgar.

Ini berdampak besar bagi warga Indonesia khsususnya generasi muda. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa satu dari tiga anak telah menjadi korban dari cyberbullying. Lalu data berikutnya adalah satu dari empat anak sudah terpapar konten pornografi pada usisa 12 tahun. Belum lagi beberapa penelitian yang menyebut bahwa banyak sekali anak yang mengakses situs radikalisme alih alih belajar agama.

Akibatnya kita bisa lihat bahwa seorang remaja di Sukoharjo merakit bom panci untuk diledakkan di pos polisi suhoharjo. Meski bom itu tidak meledak sempurna, tapi fenomena soal radikalisme di kalangan pelajar berbekal pengetahuan dari internet harus jadi perhatian kita bersama.

Karena itu mungkin sebagai keluarga dan orangtua kita bisa sedikit meniru keluarga Bill Gates paling tidak menekankan kepada anak-anak kita agat tidak tergantung pada gadget. Media sosial juga begitu. Kita perlu menekankan keseimbangan antara media sosial dengan kehidupan nyata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun