Mohon tunggu...
Tabita Larasati
Tabita Larasati Mohon Tunggu... Desainer - disainer

suka jalan-jalan dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna Perbedaan dan Persaudaraan

16 September 2021   19:30 Diperbarui: 16 September 2021   19:31 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tiga bersaudara ; perempuan semua. Saya ada di tengah-tengah; kakak dua tahun lebih tua dan adik dua tahun lebih muda. Kami lahir dari ibu Bali dan ayah dari suku Jawa. 

Diantara tiga bersaudara itu, kakak saya paling pintar. Dia berhasil menggondol beasiswa di Australia dan kemudian melanjutkan ke Kanada. Saat ini, dia yang seorang scientis, tinggal di Jerman dan bekerja untuk badan dunia PBB bidang lingkungan. Dia menikah dengan seorang berkebangsaan Irlandia dan punya dua anak.

Adik saya seorang pelukis; menyelesaikan kuliah seninya di Yogyakarta dan kini tinggal sebagai seniman di Bali. Menikah dengan orang Bali dan hidup bahagia dengan tiga anak di sana. 

Saya sendiri ? Tetap di Jawa, tepatnya di Jakarta. Bekerja sebagai guru di sebuah SMA dan menikah juga dengan orang Jawa. Kami memiliki dua orang anak.

Jika lebaran tiba, nyaris semuanya, kami berkumpul menemani ayah dan ibu kami yang mulai sepuh menghabiskan malam takbir dan kegiatan bersama-sama selama beberapa hari. Keluarga kakak yang di Jerman bisa pulang ke kampung halaman hanya dua tahun sekali karena pertimbangan jarak dan biaya.

Jika semua berkumpul saat Lebaran, apakah semua anggota keluarga kami merayakan Idul Fitri ? Jawabannya : kami merayakan kegembiaraan dan kebersamaan meski tidak semua anggota keluarga kami memeluk agama Islam. Ibu dan bapak kami memeluk agama Islam. Keluarga kecil saya memang masih memeluk agama Islam. 

Kakak saya di Jerman masih Islam, tetapi suami dan anak-anaknya adalah non muslim. Begitu juga dengan adik saya. Dia sudah menjadi pemeluk agama Hindu. Dia, suami dan anak-anaknya adalah pemeluk Hindu yang taat.

Namun kami semua sebagai keluarga besar- keturunan ibu dan bapak tetap merasa dekat dan tidak merasa berbeda. Kami juga tidak bermusuhan karena berbeda keyakinan. 

Saya tidak mengacak-acak keyakinan baru adik saya yang Hindu. Saya dan ibu serta ayah menghargainya sebagai mana dia juga menghargai kami. 

Begitu juga kakak dan keluarganya. Kakak saya yang masih memeluk agama Islam menghargai suaminya yang beragama lain. Dia juga menghargai pilihan anak-anaknya memeluk agama yang berbeda dengannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun