Mohon tunggu...
Tabita Larasati
Tabita Larasati Mohon Tunggu... Desainer - disainer

suka jalan-jalan dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keragaman yang Layak Dicontoh

27 Juni 2020   04:30 Diperbarui: 27 Juni 2020   04:35 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak negara datang ke Indonesia untuk melihat bagaimana kita bisa hidup nyaman di atas banyak perbedaan yang ada. Masyararakat Italia, misalnya. Proffesor Marco Impagliazzo sebagai ilmuwan Eropa kagum pada falsah negara kita. Bahkan anggota komunitas San Edigo ini berniat membantu kita untuk mempromosikan Pancasila ke dunia luar, karena dapat menjadi model bagus untuk negara lain.

Selain Marco beberapa ilmuwan Eropa juga punya pendapat sama. Salah satu contoh mereka adalah krisis ekonomi 2008 yang mengguncang Eropa dengan dahsyat (tertapi tidak terlalu terasa di Indonesia). Saat itu beberapa negara mengandalkan demokrasi sosial untuk mencegah dampak yang lebih buruk dan penyelesaian itu ternyata berhasil

Indonesia memang tidak mengenal demokrasi sosial namun prosedur-prosedur demokrasi itu mirip dengan yang kita anut. Demokrasi memang mendengarkan banyak pendapat yang berbeda dan kemudian mencari solusi terbaik dari pendapat-pendapat itu. Ini yang sering kita kenal sebagai azaz mufakat dan musyawarah; suatu solusi yang dipikirkan bersama dan bisa menjadi jalan damai bagi seluruh komponen terkait.

Para ilmuwan itu sadar bahwa betapa sulitnya menyatukan perbedaan dalam satu negara, apalagi Indonesia yang punya ratusan bahkan ribuan perbedaan, mulai dari soal keyakinan, geografi tempat tinggal yang terbentamg luas mulai Sabang sampai Merauke, bahasa daerah yang berjumlah ratusan, adat istidat dengan hukum adatnya yang  beragam, sampai pada warna kulit yang berbeda. Kita melihat betapa tingkat kesulitan untuk menyatukannya dalam satu bangsa, dan ini yang sangat dikagumi bangsa lain.

Hanya sayangnya selama beberapa tahun lalu kita diterpa oleh pandangan yang menekankan bahwa homogenitas adalah penting. Homogen di sini bisa jadi keyakinan. Kita melihat beberapa komponen bangsa yang tidak menginginkan Pancasila  dan menggantinya dengan sesuatu yang berbeda dan berbasis homogenitas. Mereka kerap berkiblat pada beberapa negara di Timur Tengah yang tengah berkonflik dan rakyatnya sangat menderita karena konflik itu. Contoh paling nyata adalah ISIS dan keberangkatan beberapa orang untuk membela ISIS. Padahal beberapa pandangan ISIS tidak disetujui oleh negara-negara Islam itu sendiri.

Karena itu mulai dari sekarang kita harus lebih menekankan dan memperjelas terutama bagi generasi muda bahwa bagaimanapun Pancasila adalah hal terbaik yang kita miliki Apa yang kita miliki ini tentu saja berbeda dengan negara lain miliki. Jadi jangan sekali kali berusaha untuk mengubahnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun