Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Perlukah Teknologi 5G bagi Indonesia?

15 September 2018   07:00 Diperbarui: 15 September 2018   11:31 1995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun penerapan teknologi ini (mungkin) masih lama (karena kita masih memusatkan pekerjaan pada perluasan jaringan 4G), namun sebaiknya pemerintah juga mempersiapkan rencana bagaimana pemanfaatan teknologi 5G. 

Saya belum bisa menemukan dokumen yang mendeskripsikan bagaimana rencana pemanfaatan teknologi 5G di Indonesia. Saya kira masyarakat juga perlu diberikan informasi tentang hal ini, terutama untuk antisipasi gelombang revolusi industri 4.0, yang akan datang tidak lama lagi dan implementasinya membutuhkan teknologi 5G.

Seperti saya sudah jelaskan di awal, teknologi seluler dibagi menjadi 3 bagian yang diantaranya adalah handset dan base station. Gelombang radio (spektrum) yang digunakan untuk pertukaran sinyal (dan data) antara handset dan base station pada teknologi 5G banyak menggunakan spektrum baru.

Kesiapan pemerintah dalam penyediaan dan penataan spektrum (refarming) sangat penting, supaya penggunaan spektrum tidak semrawut dan tumpang tindih. Terutama beberapa teknologi lain, misalnya teknologi siaran televisi digital, juga membutuhkan alokasi spektrum baru untuk masing-masing stasiun televisi. 

Sistem pembagian (lelang) spektrum yang transparan kepada provider telekomunikasi juga menjadi bagian yang tidak bisa dikesampingkan, karena kita juga tidak mau ada provider nakal yang kemudian mau menguasai (memonopoli) spektrum strategis, dimana spektrum ini mempunyai kemampuan misalnya penyebaran sinyalnya lebih luas dan efektif.

Operator (provider) telekomunikasi memegang peranan penting juga, karena umumnya mereka hanya mau fokus pada keuntungan belaka (profit oriented), sehingga kepuasan pelanggan terkadang dilupakan. Operator juga dituntut untuk menyajikan layanan yang maksimal dengan konten yang berkualitas. 

Meskipun, kita tidak bisa menutup mata bahwa untuk teknologi 5G, harus ada biaya pengganti bagi operator kerena mereka harus merogoh koceknya dalam-dalam untuk "belanja" base station baru dan juga untuk kesiapan core networknya (dalam bahasa ekonomi disebut Capital Expenditure atau Capex) dan juga biaya anggaran untuk pemeliharaan alat-alat tersebut sehari-hari beserta biaya sistem/software upgrade secara berkala (Operational Expenditure atau Opex).

Yang terakhir, kesiapan masyarakat untuk menggunakan teknologi 5G merupakan hal yang penting. Kita semua tahu bahwa kehadiran gawai yang memanfaatkan teknologi telekomunikasi (seluler), misalnya smartphone yang sekarang sudah bisa dinikmati oleh sebagian besar masyarakat, tidak hanya menimbulkan dampak positif. 

Kita bisa merasakan banyak juga dampak negatifnya, seperti bagaimana mewabahnya hoax, fake news, ujaran kebencian, caci maki, bully, dan sebagainya yang dengan mudah kita temukan dalam media sosial---misalnya facebook, instagram, whatsapp---sehingga terkadang mengganggu bahkan merusak tatanan kehidupan masyarakat. 

Kehadiran teknologi ini selain membawa berkah, juga terkadang menjadi bencana bagi kita. Kalau teknologi 5G---dimana informasi data dengan jumlah yang besar dapat dengan cepat kita peroleh---tidak membawa kebaikan, maka tidak ada gunanya teknologi itu. 

Pemerintah, bahu-membahu bersama dengan operator telekomunikasi, ada baiknya cepat membenahi masalah yang sudah saya sebutkan diatas. Visi tentang bagaimana pemanfaatan teknologi 5G sudah harus dipikirkan dan sekaligus diinformasikan kepada masyarakat luas agar masyarakat (terutama juga pihak swasta) bisa mempersiapkan bagaimana pemanfaatan teknologi tesebut kedepannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun