Mohon tunggu...
Syurkani IK
Syurkani IK Mohon Tunggu... -

Banyak dinamika di lingkungan kehidupan kita. Kadang kita pahami dengan baik, kadang malah membuat kita bingung. Namun atas semua hal tersebut, sebagai warga lingkungan yang peduli, kita boleh menulis sebaris dua baris pendapat kita bukan?

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Orang Asing di Negeri Asing: sebuah pembelajaran

12 September 2011   09:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:01 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari ini (11 Sep 2011) saya keluar jalan kaki cari makan malam di Istanbul. Saya singgah di satu resto kecil di daerah Grand Bazaar, saya pesan kebab lalu duduk di satu meja kecil. Pengalaman menariknya adalah, saya ketemu seorang pemuda arab, cukup rapi dan klimis (berjas dan jeans). Kebetulan dia minta ijin duduk di meja saya krn meja lain sudah penuh (kebetulan saya duduk sendiri). Dia hanya pesan susu satu gelas besar (lazimnya di Turki). Lalu dia mulai ajak ngobrol, cukup bersemangat. Mengaku dari Dubai dan seorang pengusaha yg dikirim ayahnya untuk bisnis di Turki dan nampaknya dia cukup banyak tahu tentang orang-orang yg lewat dg hanya melihat fisiknya (kebetulan kami duduk di luar resto dan dengan bebas bisa mengamati orang lalu lalang). Dia cerita kalau orang ini berasal dari spain karena fisiknya begini, yang itu berasal dari mesir karena begitu dan seterusnya.

Terus dia tanya ttg berbisnis di Indonesia. Saya sampaikan kalau dia mau, silahkan membuka bisnis di Indonesia. Dia nampaknya tertarik untuk buka butik di Jakarta, walaupun dia mengaku belum pernah dan hanya pernah ke Kuala Lumpur. Dia sampai mengatakan ingin membuka toko dua lantai, dimana lantai satu untuk keperluan wanita dan lantai dua untuk pakaian pria. Dia menanyakan rent tempat usaha dan lain-lain.

Setelah saya berusaha jelasin, nampaknya dia tertarik dan meminta kartu nama. Terus, dia ngobrol kesana kemari mengenai rencana dia selama di Turki, dan akhirnya ngajak saya ke bar untuk minum kopi. Tapi karena saya masih capek, baru tiba dari Indonesia, saya terpaksa menolak, dan dia tetap dg sopan ngajak. Saya tetap tidak bisa, selain karena capek, juga harus balik ke hotel utk kerja (jam kantor di Jakarta akan mulai bbrp jam lagi, dan saya harus mengirim beberapa email untuk persiapan meeting di Washington DC minggu berikutnya).

Nampaknya dia kecewa sekali dan sampai mengatakan kalau saya tidak jadi ikut, maka dia juga tidak jadi pergi dan akan balik ke hotel. Saya sekali lagi dg halus menolak, karena tidak mau nanti menghabiskan waktu di kedai kopi berlama-lama (bisa-bisa kebiasaan jaman mahasiswa bisa terulang hehehehe). Saya kemudian balik jalan kaki ke hotel saya, dan dia nampaknya kecewa berat. Namun saya juga bersyukur tidak jadi ikut ngopi, karena waktu itu sudah jam 10.30 malam. Saya tidak bisa membayangkan akan menghabiskan berapa lama di kedai kopi kalau saya jadi ikut. Disamping itu, saya juga tidak kenal dia, dan tidak tahu persis apa dia benar2 seperti yang dia ceritakan ke saya.

Namun saya merenungkan kembali keputusan saya untuk menolak ajakan si pemuda Dubai tersebut. Walaupun dalam hati saya ingin sebenarnya bisa duduk-duduk minum dengan 'teman baru' tersebut sekaligus nostalgia kembali kebiasaan saya minum kopi tengah malam dengan teman2 semasa kuliah dulu. Saya saat itu hanya menerapkan prinsip kehati-hatian, karena mungkin saja saya akan mengalami pengalaman sebaliknya, bahwa itu hanyalah sebuah siasat yang selama ini banyak terjadi, dan pada akhirnya saya akan menjadi korban kelihaian si pemuda tersebut. Syukur-syukur kalau nantinya hanya uang yang terkuras, tapi bagaimana kalau menyangkut nasib atau bahkan nyawa saya? Mungkin syakwasangka saya yang terakhir ini agak berlebihan, tapi bukankah itu juga sesuatu yang mungkin terjadi? ..... Sebuah pelajaran :))

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun