Mohon tunggu...
Syurkani IK
Syurkani IK Mohon Tunggu... -

Banyak dinamika di lingkungan kehidupan kita. Kadang kita pahami dengan baik, kadang malah membuat kita bingung. Namun atas semua hal tersebut, sebagai warga lingkungan yang peduli, kita boleh menulis sebaris dua baris pendapat kita bukan?

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Presiden Bank Dunia Bukan dari Amerika?

10 Januari 2019   22:12 Diperbarui: 10 Januari 2019   23:20 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lalu Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim (warga negara USA keturunan Korea Selatan) secara mengejutkan mengundurkan diri. Salah satu alasannya karena yang bersangkutan ingin bergabung dalam sebuah badan investasi infrastruktur untuk negara berkembang.

Dunia tahu apabila Kim ini dipilih sebagai Presiden Bank Dunia tahun 2012 atas nominasi Presiden Barack Obama, dan sudah menjadi rahasia umum apabila yang bersangkutan banyak berbeda pandangan dengan Presiden Donald Trump saat ini.

Namun itu bukan hal yang ingin dibahas di sini. Secara kebetulan saya membaca satu artikel yang diposting oleh seorang teman di facebook dan artikel tersebut ditulis oleh Mark Sobel, salah satu mantan pejabat senior Kementerian Keuangan USA.

Mark Sobel ini saya kenal baik dan kami banyak berinteraksi saat sama-sama menangani forum G20 (dalam kapasitas saya sebagai focal point G20 Indonesia dan Mark sebagai focal point G20 USA).

Mark menuliskan satu usulan berani di salah satu commentary di OMFIF, yaitu sudah saatnya Presiden Bank Dunia berikutnya bukan berasal dari USA.

Usulan ini saya bilang cukup berani. Bukan saja usulan tersebut disampaikan oleh seorang mantan pejabat senior Kementerian Keuangan USA, juga karena sepanjang sejarah Bank Dunia, belum pernah rasanya presiden lembaga keuangan multilateral tersebut berasal dari luar Amerika (bahkan tidak pernah berasal dari benua Eropah).

Ini dapat dimaklumi karena USA memiliki saham terbesar di Bank Dunia (dengan hak suara 15.98%, sementara hak suara Indonesia 0.98%).

Menariknya, Mark menyebutkan bahwa di antara dua kandidat yang menurut dia sangat layak dan cakap untuk diajukan adalah Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati, dan mantan Menteri Keuangan Nigeria Ngozi Okonjo-Iweala.

Keduanya kebetulan sama-sama wanita dan pernah memegang posisi managing director di Bank Dunia. Keduanya adalah figur yang sangat menonjol di percaturan ekonomi global dengan reputasi masing-masing dan menjadi ikon bagi negara berkembang.

Bagi saya, Sri Mulyani Indrawati memang sangat pantas menjabat posisi presiden lembaga keuangan sekelas Bank Dunia atau bahkan presiden lembaga dunia lain.

Pengalaman beliau selama 6 tahun menjadi managing director dan Chief Operating Officer Bank Dunia menjadi bukti bahwa beliau sangat kapabel dan memiliki reputasi tinggi di tingkat global.

Berbagai penghargaan sebagai Menteri keuangan terbaik bahkan Menteri terbaik global telah beliau dapatkan.

Pengalaman beliau sebagai Menteri Keuangan di dua pemerintahan yang berbeda menunjukkan pribadi beliau yang mampu bekerja sama dengan siapapun dan dalam kondisi ekonomi yang sulit sekalipun. Prestasi Indonesia mempertahankan tingkat pertumbuhan yang tinggi di tahun 2018 dengan fundamental makroekonomi yang terjaga baik adalah bukti terbaru.

Sekiranya beliau menjadi Presiden Bank Dunia, saya yakin suara dan partisipasi negara-negara berkembang akan jauh lebih baik dan lebih berpengaruh.

Sebagai wakil negara berkembang, Sri Mulyani sangat memahami kepentingan dan kebutuhan negara berkembang. Apalagi saat ini dengan kondisi ekonomi global yang lebih multi polar dan ketidakkepastian yang semakin tinggi, maka sangat kritikal bagi negara-negara berkembang untuk mampu menunjukkan suara dan eksistensi dalam lembaga-lembaga global seperti Bank Dunia.

Dalam hal  Bank Dunia, bukan saja karena lembaga tersebut menjadi sandaran pembiayaan pembangunan banyak negara, namun peran dan pengaruh Bank Dunia dalam perumusan kebijakan ekonomi global sangat tinggi. 

Sejauh ini ada beberapa lembaga keuangan multilateral yang dipimpin oleh wakil negara berkembang seperti IFAD di Roma (International Fund for Agricultural Development), namun Presiden IFAD memiliki dwi kewarganegaraan (Togo dan Kanada).

Ada juga OPEC Fund di Wina dipimpin oleh direktur jenderal yang berasal dari Saudi Arabia, namun negara kaya minyak ini tidak butuh bantuan pembiayaan dari lembaga seperti Bank Dunia.

Terakhir Global Green Growth Institute (GGGI) yang bekerja merumuskan kebijakan perubahan iklim global, dipimpin oleh Ban-ki Moon, seorang mantan Sekretaris Jenderal PBB yang berasal dari Korea Selatan.

Namun Korea Selatan sudah memasuki level negara maju dan tidak lagi dapat memperoleh bantuan pembiayaan dari lembaga Bank Dunia.

Disamping itu, dengan memiliki seorang presiden dari negara berkembang dan seorang perempuan, Bank Dunia juga membuktikan bahwa lembaga tersebut benar-benar inklusif dan secara nyata membuktikan dukungannya untuk kesetaraan gender.

Kecurigaan banyak masyarakat di negara berkembang terhadap eksistensi Bank Dunia akan banyak berkurang, karena lembaganya dipimpin oleh wakil negara berkembang.

Pendekatan-pendekatan pembiayaan juga akan lebih banyak mengakomodasi kondisi dan kapasitas negara berkembang, tentunya tanpa mengorbankan prinsip-prinsip governance dan safeguard yang disepakati bersama secara global.

Untuk semua itu, jelas seorang Sri Mulyani Indrawati mampu mewujudkannya dan tentunya sebagai warga negara Indonesia, kita pasti akan berbangga atas prestasi anak bangsa.

Hanya, apapun itu kita harus kembali kepada kenyataannya, dimana keinginan tersebut masih belum ke arah sana.

kemenkeu.go.id
kemenkeu.go.id
USA saat ini diperintah oleh seorang Presiden yang lebih meyakini bahwa proteksionisme adalah kunci untuk membangun perekonomian. Artinya bagi Presiden Trump, 'sekali Amerika maka selamanya Amerika - make America great again'. Dia tidak peduli dengan agenda global yang memberikan manfaat kepada warga dunia, terutama mereka dari negara berkembang.

Apalagi kalau sebuah usulan tersebut dipandang berpotensi melemahkan posisi USA dalam tata kelola ekonomi dunia. Sehingga hampir dapat dipastikan bahwa nominasi kandidat Presiden Bank Dunia berikutnya akan tetap berasal dari USA juga.

Bagi saya, tidak ada salahnya kalau gaung untuk mewujudkan seorang 'Presiden Bank Dunia bukan dari USA' tersebut mulai digemakan saat ini dan bahkan seterusnya.

Kalaupun tidak terjadi sekarang, mungkin saja akan menjadi awal dari perubahan ke depan. Siapa tahu bila suatu saat di masa mendatang, Presiden Bank Dunia berasal dari Indonesia.

Sementara bagi seorang Sri Mulyani Indrawati, usulan tersebut menjadi satu bukti lagi bahwa beliau memang seorang pribadi yang memiliki kemampuan dan reputasi tinggi dan diakui dunia.

[Kedua foto diatas diambil dari sumber Kementerian Keuangan]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun