Mohon tunggu...
Syta Dwy Riskhi
Syta Dwy Riskhi Mohon Tunggu... Administrasi - Move

Simpel dan santai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wanita Penulis

13 November 2017   17:07 Diperbarui: 13 November 2017   17:25 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Udara dingin menyelimuti kota hari ini, setelah tiga jam bersembunyi di dalam kamar. Aku mengambil jaketku lalu mengenakannya, memeluk laptop dan beberapa lembaran kertas. Ku raih tas slempangku dan memasukkan dompet ke dalamnya. Ku buka pintu kamar udara itu memaksa masuk dan menyerang tubuhku. Rintik-rintik hujan masih terasa, aku melangkah pelan agar genangan air tidak menyiprat.

Meja bundar yang kosong dengan dua kursi tanpa penghuni, aku memesan coklat panas menikmatinya sendiri, menggenggam gelas itu agar tanganku  merasa hangat. Lapto yang menyala menampilkan kursor yang berkedip-kedip menanti ketikan kata dari jari-jariku. Mataku berlarian memandang sekeliling kesana kemari, berharap mendapat inspirasi sebagai bahan menulis.

Aaahh.... jadi penulis haruslah pandai-pandai mengamati, karangan cerita yang tercipta mesti dapat diterima oleh pembaca. Mataku berhenti berlari, aku menyorot pandangan yang biasa terjadi. Pasangan muda-mudi yang di mabuk asmara, di bawah rintikan gerimis berjalan bergandengan, sesekali merangkul dan memeluk, bercengkerama dan saling menebar senyum.

Ini dia sepasang remaja jatuh cinta, saling ikat janji setia, bermimpi kelak membina rumah tangga, suka duka bersama, bagai dunia milik berdua. Nafasku berhembus sinis, semua karena mereka adalah remaja, belum mengerti rintangan hidup yang sebenarnya. Jariku sudah jenuh menuliskan kata-kata cinta puitis yang di kehidupan nyata tidaklah benar terjadi. Paling-paling hubungan macam itu tak akan bertahan lama.

Mataku menangkap pemandangan lain, seorang bocah melompat-lompat gembira, bermain-main genangan air, di belakangnya ada seorang ibu yang mengawasi. Yaa .. ibu dan anak, mungkin sang anak berumur lima tahun, berjalan dengan riang, tanpa beban, ibunya tersenyum menjaga dari belakang. Sesekali sang anak menoleh, memberi tanda apakah ia boleh melompat ke genangan air, tanpa ragu si ibuk mengangguk, ia memberi kebebasan yang menyenangkan. Pasti dalam hari si ibu berdoa, semoga kelak sang anak menjadi orang yang hebat. Ia memberikan kasih sayang penuh tanpa pengekangan.

Semua anak yang punya orang tua pasti mendapat kasih sayang serupa. Hubungan mereka terlihat harmonis dan baik-baik saja. Harusnya ada kisah lain yang berbeda untuk aku tulis.

Aku kembali mencari hal lain, di sudut jalan terlihat penjual ice cream yang kebingunan, mungkin ia berfikir kemana ia harus menjual dagangannya di cuaca dingin begini. Beberapa kali tengak-tengok, ia menemukan tempat, berhentilah ia disitu tidak jauh dari gerbang taman kota.

Beberapa murid sekolah menghampiri, memilih dan membeli ice creamnya, belum jauh dari si pedagang mereka membuka bungkus ice cream dan berpose di depan handphone, Oohh.. mengambil gambar sedang makan ice cream di cuaca begini, lalu di unggah ke media sosial, pasti mendapat like dan komentar cukup banyak. Anak sekarang memang suka cari sensai. Aku tersenyum dan bersyukur ada anak-anak seaktif itu, setidaknya mereka sudah membantu si penjual ice cream.

Tidak ada yang istimewa hari ini, jari-jariku belum bergerak menari-nari di atas keyboard. Aku tidak menemukan sesuatu yang bisa ku tulis. Gelas coklat panasku sudah kosong, aku menoleh ke dalam kedai, haruskah aku memesan segelas lagi dan duduk disini lebih lama.

Aku beralih pikiran, di kaca kedai itu terlihat sosok wanita berjaket merah yang duduk sendiri, umurnya sekitar 25 tahun, dia hanya duduk, tidak melakukan aktivitas apapun, tidak pula menunjukkan ia sedang menunggu seseorang, gelas yang ada di mejanya juga tidak dia sentuh.

Duduk terdiam dengan tatapan kosong, seolah melamunkan sesuatu, atau merenungkan sesuatu. Beberapa detik kemudian matanya  sayu, kepalanya merunduk perlahan. Sepertinya ia mencari sesuatu tapi tidak dia temukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun