Mohon tunggu...
Syivaun Nadhiroh
Syivaun Nadhiroh Mohon Tunggu... Wiraswasta - IRT sekaligus Mahasiswi Magister Pendidikan Islam UIN MALIKI Malang

Menjadi Manusia yang mengerti akan makna kehidupan dengan Antusias, Semangat, Smart, Kreatif dan Inovatif. Semoga Sukses dan Berkah, amiin... SEMANGAT-SEMANGAT.....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku Kayla

2 November 2015   21:44 Diperbarui: 2 November 2015   22:24 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana aku akan tahu, tentang siapa aku?

Jika setiap aku selalu mengakuanku,

Ya aku,

Kayla Hisyam...

Aku Kaylani Hisyam anak kedua dari 3 bersaudara, aku biasa dipanggil Kayla, itu adalah nama kesayanganku, tapi adik bungsuku Syarifah selalu memanggilku kak Lala. Keluargaku sering kujadikan motivasi hidup saat kesendirianku terpuruk dan bangkit. Terlebih ayah dan ibu, kata-kata yang keluar dari mereka merupakan cambukan semangat yang menggetarkan jiwa dan menggerakkan badanku disaat rapuh, nasehat yang tersampaikan selalu kuingat menjadi penopang dalam kegelisahanku. Maaf kugunakan aku karena ini aku, tentang keegoanku yang aku keakuanku.

Aku terkenal dengan ketua geng yang paling berani, pastinya dalam hal kebaikan, membela temanku yang diganggu cowok misalnya. Tapi ya begitulah, bahkan aku bisa dikatakan cewek yang paling ditakuti di kelas. Gurukupun sering menunjukku menjadi ketua kelas mulai aku kelas satu sampai lulus. Berkata soal ketua geng, hehe itu masa kecil, hanya biasa tak sekeras seperti yang dilakukan remaja umumnya. Aku juga tak kalah prestasiku yang setiap hari selalu meningkat, sudah tak diragukan lagi aku artis cilik disekolahan. Disamping ketegasan dalam memimpin anggota kelas, pintar pula, kepiawaianku yang lain juga ada, badminton. Entah hoby satu ini yang menjadikanku terus berolahraga sampai pernah ku menjuarai lomba tingkat kecamatan. Meskipun masih tingkat kecamatan menurutku sudah baguslah bagi siswa SD seumuranku. Sosial interaksi yang begitu indah dengan sahabatku menjadikan contoh bagi teman dan adik kelasku, tak apalah meskipun aku belum tahu persis makna sahabat yang sesungguhnya.

Kita yang berjumlah 5 kepala, aku Kayla, Anita, Kiki, Farida dan Syela. Meskipun kita kemana dan kapanpun selalu bersama disekolah, tapi tetap saja kita beda, rasa, hoby dan lainnya. Sebenarnya uraian diatas adalah benar aku, tapi aku yang begitu tegasnya disekolah sangat berbeda saat aku di rumah. Aku menjadi pemarah dan pendendam. Kepada kedua orangtua pastinya seperti anak seumuran SD umumnya, manja dan ingin selalu dperhatikan. Tapi mengapa saat ku berhadapan dengan kakakku sendiri atau bahkan adikku, selalu membuatku ingin marah dan marah. Apa karena aku iri kepada mereka? Atau memang aku yang sangat keras?. Aku rasa iya, tapi tidak.

Saat aku kelas 2 SD kakakku sudah lulus SD dan melanjutkan ke tingkat selanjutnya di luar jawa tepatnya di kota Banjarmasin Kalimantan Selatan, jauh sekali kan?, memang ibuku menyuruh anaknya, kalau belajar dan mencari ilmu itu sekalian yang jauh biar terasa tirakatnya. Batinku apa itu tirakat?, ya sudahlah nanti juga tahu sendiri. Aku menjadi terkenal dengan ketegasannku di sekolah karena dia, kakakku Tsuroyya. Meskipun kadang aku selalu menghiraukan kata-katanya tapi tetap saja yang dirasa baik aku ikuti. Sehingga aku menjadi Kayla yang hebat waktu itu. Setelah aku berpisah dengannya, yang dia mulai merantau untuk menimbah ilmu dia cukupkan melalui via telepon untuk selalu menanya kabar dan berbagi pengalaman itupun hanya satu bulan sekali. Mengingat harga telepon umum yang begitu mahal.

Waktu yang bergulir cepat menjadikan suara isak tangis perpisahan SD-ku yang digelar saat itu, tak sempat mengambil gambar dengan sahabatku. Karena waktu itu tak ada kamera yang bisa digunakan. Biarlah dalam benakku, hanya sejarah yang dikenang yang mampu membingkainya dengan rapi, tapi tetaplah kalian sahabatku, sahabat. Dengan berat, ku melangkah perlahan memeluk erat mereka satu persatu. Kata selamat tinggal yang terucap menjadikan hati merasa tertusuk pedang yang tajam. Lebay mungkin kata orang dewasa, tapi itulah aku, mereka, kita.

Satu bulan lamanya aku liburan dengan menanti keberangkatanku, yang akan menyusul kakakku di kota kelapa sawit itu. Ah akhirnya aku juga belajar disana, untungnya kakakku belum lulus meskipun sekarang sudah santri angkatan terakhir. Aku tak pernah membayangkan akan belajar pula disana. Aku sudah tak sabar untuk belajar ilmu agama di pesantren. Kuat tidak ya?, aku tetap berusaha menguatkan untuk meneguhkan niat belajar karena Allah.

Tepat hari ini, Rabu, 24 Juli 2011 kuteguhkan niat untuk mengarungi samudra ilmu, berat rasanya untuk meninggalkan kampung halaman. Apalagi melangkahkan kakiku dari surgaku. Sudah semangat juang untuk mengibaskan segala asa. Aku berangkat ke Bandara Juanda dengan keluargaku, dua mobil banyaknya dengan Ayah, Ibu, Nenek, Adikku Syarifah, Paman, Bibi, Pakde dan Bude. Dan tentunya barang-barangku yang begitu banyak sehingga tak bisa menghitungnya satu persatu. Sampai di bandara kami sampaikan senyum dan salam perpisahan, aku rasakan waktu itu sangat berat sekali, tangis yang begitu alami. Aku cium tangan pakde, bude, paman dan bibi dengan sedih dan harapan doa yang selalu terpanjatkan. Karena mereka tidak mengantarkanku sampai ke pesantren jadi 2 mobil tersebut mereka yang membawa pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun