Mohon tunggu...
syifa salsabila
syifa salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswi

pelajar yang mempunyai keinginan untuk keluar dari zona nyaman dan ingin menantang dirinya untuk lebih berani dari yang kemarin

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bahasa Terakhir Rakyat

9 Oktober 2025   06:07 Diperbarui: 9 Oktober 2025   06:07 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Artikel "Kerusuhan sebagai Bahasa yang Putus" karya Study Rizal L. Kontu menjelaskan bahwa demonstrasi sejatinya adalah bentuk komunikasi rakyat ketika suara mereka tidak didengar melalui jalur resmi. Namun, saat demonstrasi berubah menjadi kekerasan dan perusakan, itu menandakan runtuhnya komunikasi antara rakyat dan negara.

Penulis menyoroti tragedi Affan Kurniawan, seorang driver ojol yang tewas saat demo, sebagai simbol bahwa rakyat kecil selalu jadi korban ketika komunikasi politik buntu. Di sisi lain, sikap arogan para elite seperti anggota dewan yang "joged di atas penderitaan rakyat" atau ucapan yang disebut "tolol sedunia" menunjukkan betapa jauhnya jarak antara penguasa dan rakyat.

Kerusuhan, menurut penulis, adalah bentuk kemarahan yang lahir dari rasa tidak percaya dan keterasingan rakyat terhadap negara. Ironisnya, yang dirusak justru fasilitas publik milik rakyat sendiri.

Sebagai solusi, penulis menegaskan empat hal: elite harus bijak dalam berkomunikasi, negara perlu membuka ruang aspirasi yang nyata, aparat harus lebih humanis, dan rakyat perlu menyalurkan kemarahan secara konstruktif, bukan dengan kekerasan.

Kesimpulannya, kerusuhan adalah "bahasa terakhir" dari rakyat yang merasa tak didengar. Jika bangsa ini tidak mau belajar memperbaiki komunikasi, bara kemarahan itu bisa saja menyala kembali.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun