Mohon tunggu...
Syifa Amalia
Syifa Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Pencerita

Kadang nulis, kadang nonton film || Find me on Instagram @syifaamaliac.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

"Laut Bercerita", Merawat Ingatan sebagai Seni Bertahan Hidup

23 April 2020   20:22 Diperbarui: 24 April 2020   13:25 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka membiarkan semuanya bergerak stagnan dan berulang-ulang. Keduanya sama sekali tidak menginginkan perubahan terjadi pada hidup mereka. 

Mereka seolah menolak lupa pada realita yang diam-diam membunuh mereka secara perlahan. Dan menghindari ruang gelap, tempat yang semestinya berada.

"Tetapi aku juga tak ingin Bapak dan Ibu terus menerus hidup di titik yang sama, di dalam dunia yang sama: penuh harap, penuh penyangkalan, dan penuh mimpi kosong." (hlm. 262)

Realitas semacam inilah yang nyata ditemukan sehari-hari. Perpisahan dan kehilangan seolah menjadi teman akrab dalam kehidupan. Seringkali—atau bahkan selalu, seseorang tidak akan pernah siap menghadapi perpisahan sekalipun direncanakan. 

Seseorang akan selalu mencari cara agar tetap menghidupkan seluruh kenangan sebagai seni agar tetap bertahan hidup. Merawat ingatan yang semestinya sudah berada di tangga paling bawah dan gelap pada lokus ingatan.  

Namun, Laut pada akhir cerita melalui surat yang ia sampaikan pada semesta mengajak kita untuk tidak takut pada gelap. Gelap adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Pada setiap gelap ada terang meski hanya secercah, meski hanya di ujung lorong, demikian ujarnya. 

Tapi jangan pernah kita tenggelam pada kekelaman. Kelam adalah lambang kepahitan, keputusasaan, dan rasa sia-sia. Jangan pernah membiarkan kekelaman menguasai kita, apalagi menguasai Indonesia.

 Tentu saja itu semua benar. Barangkali yang perlu kita lakukan pertama kali adalah belajar melihat dalam kegelapan. Meraba-raba sampai akhirnya menemukan jalan keluar menuju pintu yang terang bernama harapan yang sesungguhnya. Bukan sekadar harapan kosong yang membuat kita selalu berpijak pada tempat yang salah.

"Jangan terjebak pada kenangan yang membuat kalian semua tak bisa meneruskan hidup" (hlm. 365)

Hal serupa juga saya temukan pada lagu terbaru Arditho Pramono yang berjudul Happy pada album Craziest Thing Happened in My Backyard . Melalui lagu tersebut Ardhito ingin mengatakan bahwa,

“Let the past be in memory, cause we’re not living fantasy.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun