Lebih jauh, pesantren juga bisa menjadikan tragedi ini sebagai momentum untuk memperbaiki sistem pembangunan. Jika keterbatasan dana menjadi alasan, opsi kerja sama dengan pemerintah, lembaga zakat, atau organisasi masyarakat bisa ditempuh. Dengan demikian, pesantren tidak perlu mengorbankan keselamatan santri demi pembangunan.
Gotong royong di pesantren tetap penting sebagai sarana pendidikan karakter. Akan tetapi, pelaksanaannya harus ditempatkan secara proporsional agar tidak mengancam keselamatan santri. Nilai kebersamaan boleh dijaga, tetapi profesionalisme dan standar keselamatan tidak boleh diabaikan. Pesantren harus memberikan teladan bahwa kebudayaan luhur seperti gotong royong dapat dijalankan sejalan dengan tanggung jawab moral dan etika. Tragedi robohnya musala Al-Ghoziny di Buduran Sidoarjo semestinya menjadi pelajaran berharga agar pesantren di seluruh Indonesia lebih memperhatikan lagi tentang keselamatan santri waktu terjadinya gotong royong.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI