Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Populer dalam 15 Menit

26 April 2020   05:53 Diperbarui: 26 April 2020   05:58 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"In the future, everyone will be famous for fifteen minutes." Itu kata Andy Warhol.

Akan datang suatu masa dimana seseorang hanya cukup berucap satu dua patah kata, dan dalam sekejap dia menjadi orang yang paling dikenal oleh orang seantero jagat. Bagaimana itu bisa terjadi. Yaitu ketika media internet sudah menjadi bagian hidup manusia yang tidak dapat terpisahkan. Satu kalimat saja, bisa mengantarkan orang pada tingkat dikenal yang menakjubkan.

Namun jangan heran, jika kemudian ketenaran itu hanya bertahan untuk selama 15 menit saja. Tidak lebih. Karena begitu viral itu selesai bergerak. Ketika semua jejaring sudah terisi, maka selesai pula riwayatnya sebagai orang yang dikenal. Ia akan kembali tenggelam dan bukan siapa-siapa.

Waktu bergerak begitu cepat, secapat kata meluncur di udara sehingga kita tidak mampu mempersiapkan pendengaran untuk memilih menerima atau menolaknya. Begitu cepat, secepat gerakan gelombang seluler memasuki ruang terdalam dalam hidup manusia. Sehingga kita tidak pernah diberi kesempatan untuk memilih bersedia atau tidak menerima serangan itu.

Dunia yang begitu cepat bergerak, sampai manusia yang bergerak, kalah cepat dengan seseorang yang terduduk manis di ruang pribadinya. Begitu cepat, sehingga harga keringat tidak begitu berharga dibanding dengan sepersekian detik iklan di media yang berharga bermilyar-milyar.

Apa yang hendak dicari oleh manusia dalam dunia yang serba cepat ini. Semua tejadi begitu tergesa-gesa, untuk kemudian musnah dengan segera. Apa yang hendak dinikmati, ketika kita tidak pernah tumakninah dalam setiap langkah laku hidup kita.

Seperti angin. Ia berhembus, menyapa kemudian pergi membawa kabar dan hinggap sejenak membagi untuk kemudian pergi lagi. Manusia bukan angin. Apa lagi kabar yang hinggap dan kemudian pergi.

Apakah masa itu masih jauh nanti? Atau sudah kita rasakan saat ini?

Saya tidak terlalu perduli. Sampai pada satu titik, tiba-tiba saya merasa berada pada situasi yang tidak mampu saya kenali. Semua bergerak riuh dalam situasi yang sepi. Bersliweran gagasan, namun terkesan hanya onani. Menikmati untuk diri sendiri. Nikmat tapi tidak untuk berbagi.

Inikah jaman yang diramalkan itu. Dimana kita tidak perlu berkunjung untuk bisa silaturahmi. Cukup ketik sentuh layar dan kirim salam. Inikah perubahan dunia modern yang dinanti. Dimana manusia hidup dengan asumni dan pandangan diri sendiri. Menutup mata di sekeliling karena kenyataan di pikiran jauh melampaui.

Ah sudahlah. Saya lelah untuk menuliskan kalimat-kalimat ini. Biarlah sunyi ini kusimpan sendiri. Hari ini atau esok nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun