Mohon tunggu...
Syarif Pirus
Syarif Pirus Mohon Tunggu... Insinyur - Profesional Telekomunikasi

Profesional telekomunikasi | Traveller | Pemerhati dunia parenting | Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Karena Anak adalah Anugerah Terindah

26 Februari 2018   04:48 Diperbarui: 26 Februari 2018   04:50 3637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membersamai anak dalam setiap kesempatan adalah sesuatu yang membahagiakan. Nikmat yang sulit diukur dengan besaran materi. Memasuki dunia anak merupakan jalan membentuk pribadi mereka. Butuh seni tersendiri menyentuh jiwa-jiwa yang polos itu.

Secara fitrah universal, anak terlahir dengan ragam perbedaan intelegensia, bakat, kepribadian, kondisi fisik. Tugas orang tua yang bijak tentu berusaha memikirkan, menguatkan, dan memfasilitasi sehingga energi dan potensi mereka dapat tersalurkan, teraktualisasi, terakui, dan terhargai, yang pada akhirnya kelebihan potensi yang dimiliki anak-anak bisa melahirkan karya-karya positif.

Anak membutuhkan ekspresi yang jelas dari sebuah kasih sayang orang tuanya. Mereka berada pada masa praoperasional konkret dimana mereka memahami dan menerima sesuatu secara logis bila ada bentuk atau contoh yang nyata.

Orang tua merupakan "lingkungan sekolah" pertama bagi anak. Hadir dalam kehidupannya, dekat bersamanya, mengeksplorasi kemampuannya, kemudian memberikan contoh karakter positif bagi mereka menjadi penting. Karena fitrah dasar anak-anak adalah cenderung mengukuti atau menduplikasi apa yang didapati dari lingkungannya.

Maka sungguh ironi manakala ada orang tua yang berharap anaknya menjadi anak yang berkarakter baik dan berpotensi hebat sesuai yang diinginkannya, tetapi sadikit memberikan "saham waktu, tenaga, dan pikiran dalam membersamai, mendidik dan mengembangkan potensi anak. Hanya waktu dan energi sisa yang diberikan bagi si buah hati karena hampir semua terkuras untuk kerja dan kesibukan.

Bukankah Anak adalah anugerah yang sangat kita harapkan dan senantiasa menghiasi pinta dalam doa-doa kita ketika itu di kala siang dan malam? Tapi mengapa di saat mereka dihadirkan di muka bumi ini oleh Sang Maha Pencipta sebagai jawaban atas doa kita, tanpa kita sadari kita telah mencampakkan mereka. Memberikan waktu dan energi sisa bagi mereka, membiarkan mereka diasuh oleh pihak lain, bukankah itu bentuk sikap mencampakkan mereka walaupun mungkin secara fisik mereka bersama kita.

Karena anak adalah anugerah yang terindah, sudah selayaknya kita orang tua mensyukurinya dengan memberikan porsi lebih dari kehidupan kita untuk membersamai mereka, berkontribusi lebih dalam pembentukan karakter dan potensi mereka. Karena pada akhirnya kita lah orang tua yang akan di minta pertanggung jawaban oleh Allah SWT di akhirat kelak akan titipan amanah-Nya, yakni anak kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun