Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan Dana Pensiun

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Ketua Dewas DPLK SAM - Humas ADPI - Asesor LSP Dana Pensiun Lisensi BNSP - Edukator Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 54 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Apa Iya Ada Penjilat di Kantor Kita?

5 Oktober 2025   19:28 Diperbarui: 5 Oktober 2025   19:28 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apa iya ada penjilat di kantor? (Sumber: Loker.id)

Ada netizen yang bertanya, apa iya di kantor ada kaum penjilat? Agak susah di menjawab pertanyaan begitu. Karena jawabnya ada di pengalaman orang per orang di kantor, di mana pun. Yang jelas, di kantor selalu ada orang yang kalua menuji bos-nya berlebihan. Ada juga yang "selalu setuju" apapun yang diomong sang atasan. Bahkan, tidak sedikit orang-orang kantor yang berusaha keras untuk mendapatkan keuntungan pribadi, seperti promosi jabatan atau sekadar dapat perhatian lebih dari atasan. Faktanya begitu sih.

Menjilat atau tidak menjilat, patokannya adalah pengalaman pribadi. Seseorang yang pernah mengalaminya sendiri di kantor, di tempat kerjanya. Itulah yang disebut "politik kantor". Seperti partai politik yang kalua lagi Munas sering gontok-gontokan, nah di kantor juga ada politiknya cuma berlangsung secara "senyap". Hampir tidak terlihat motifnya tapi politik kantor pasti bisa dirasakan dan bisa dialami oleh siapapun.

Contohnya gampang, misalnya seorang pekerja biar massa kerjanya belum lama dan kerjanya biasa-biasa aja. Tapi begitu mudahnya dipromosikan atau dinaikkan gajinya karena "dekat dengan atasan". Dekatnya bisa karena "menjilat" atasan, menyanjung si atasan berlebihan atau selalu menyenangkan atasan walau tidak tulus. Tujuannya hanya untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Sebaliknya, ada karyawan yang bekerja keras siang-malam, apa adanya tapi karena "tidak dekat" dengan atasan ya biar kkerja sudah 10 tahun pun belum pernah dipromosikan, bahkan saat kenaikan gaji pun angkanya minim, di bawah rata-rata kantor.  Lagi-lagi, begitulah faktanya di kantor. Ada yang mau membantah? Silakan saja.

Ada yang bilang, seseorang yang dekat dengan atasan di kantor itu disebut penjilat. Tentu, bisa iya bisa pula tidak. disebut "penjilat" bila kedekatan dengan atasannya dipakai untuk "mencari keuntungan pribadi". Misalnya ingin "naik pangkat" atau naik gaji. Maka perilakunya sering memuji atasan secara berlebihan, bahkan selalu setuju atas apa yang dikatakan oleh atasan sekalipun salah dan subjektif. Jadi, ciri penjilat di kantor itu biasanya menggunakan cara-cara licik untuk mendapatkan apa yang diinginkan si penjilat Sikut kiri-kanan cuma urusan kerjaan.

 

Di kantor, belum tentu jadi "penjilat" saat dekat dengan atasan karena memang begitulah politik kantor. Suka tidak suka, politik kantor itu nyata dan ada. Bahkan lebih banyak tidak sehatnya sehingga jadi sebab karyawan "tidak nyaman". Bila kita hari ini merasa tidak nyaman alias "tidak baik-baik saja" di kantor, berarti politik kantornya lagi berkembang ke arah yang "kurang sehat". Mau tidak mau, kita memang harus ikut main di politik kantor.

Kita sering lupa. Politik kantor itu nyata. Sebab politik kantor memang bukan pilihan tapi keniscayaan. Maka ikutlah bermain dalam politik kantor, apalagi bila masih mau dapat gaji. Jangan anti pada politik kantor, bila tidak mau dijadikan "korban" atau "pion" yang akhirnya tersingkir dengan sendirinya. Bila ada kerjaan yang harusnya bagian kita tapi si bos malah kasih ke "kawan" berarti politik kantor sedang dimainkan. Sementara ada orang di dekat kita yang politik kantor, lalu bermain "cantik" maka selamatlah dan berpotensi bisa "naik kelas". Bukan karena menjilat, tapi karena tahu cara main di politik kantor.

Faktanya di kantor, ada penjilat ada politik bahkan ada kaum oportunis. Semuanya bisa memberi pengaruh psikologis, soal kenyamanan di tempat kerja. Masalahnya, kita mau ikut main atau tidak? Seperti kata Niccol Machiavelli: "The first method for estimating the intelligence of a ruler is to look at the men he has around him." Urusan karier, urusan kantor tenrnyata bukan hanya soal kerja keras. Tapi juga soal kerja cerdas dalam membaca arah permainan di kantor. Tinggal kita, mau pilih yang mana?

Mendingan main sama cucu daripada ikut politik kantor (sumber: syarifudin yunus)
Mendingan main sama cucu daripada ikut politik kantor (sumber: syarifudin yunus)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun