Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan Dana Pensiun

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Ketua Dewas DPLK SAM - Humas ADPI - Asesor LSP Dana Pensiun Lisensi BNSP - Edukator Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 54 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Selain Siap Pensiun, Ketika Usia Melewati 50 Tahun Apalagi ...?

8 Agustus 2025   18:32 Diperbarui: 8 Agustus 2025   18:32 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nyantai baca buku, usia udah melewati 50 tahun (Sumber: Syarifudin Yunus)

Ada benarnya, usia 50 tahun nggak usah lagi neko-neko. Karena di usia 50 tahun, ada banyak hal yang sudah berubah. Tenaga mulai melemah, pikiran nggak bisa yang berat-berat, bahkan rambut pun sudah memutih.  Dulu mungkin sibuk mengejar karier, membesarkan anak, menafkahi keluarga, atau punya banyak obsesi. Tapi begitu 50 tahun, sebentar lagi pensiun. Usia 50 tahun, bukan lagi mengejar tapi Bersiap untuk menikmati.

Usia 50 tahun, sudah saatnya berhenti sejenak. Menikmati kopi pagi tanpa terburu-buru ke kantor. Menikmati cahaya senja bersama pasangan, Ngobrol santai sambil mengenang masa muda. Melangkah tanpa perlu target. Bahkan mengabdi sosial di taman bacaan pun oke. Mengukir warisan apa yang bisa ditinggalkan untuk umat?

Di usia 50 tahun, hidup bukan lagi tentang siapa yang lebih cepat atau lebih sukses. Bukan pula siapa yang lebih berkuasa. Tapi siapa yang lebih siap untuk pensiun. Lebih tenang dan lebih bersyukur atas apay nag sudah dimiliki. Karena sejatinya, bahagia di hari tua itu datang dari hati yang tenang, pikiran yang jernih. Untuk menikmati yang ada, bukan terus-menerus mengejar yang belum dimiliki.

Setelah melewati usia 50 tahun, saya mulai menemukan babak akhir dari perjalanan hidup. Yang tidak lagi bicara pangkat, jabatan atau harta. Tapi mulai menapaki sikap bijaksana untuk mengabdi dan menebar manfaat kepada orang lain karena di usia 50 tahun:

1. Hidup itu ternyata hanya "singgah sebentar" untuk minum. Ternyata materi dan jabatan hanya titipan, sekadar bagian dari perjalanan. Lebih penting makna dalam hidup. Maka mulailah bersihkan hati dari siafta angkuh, arogan, benci, dendam, bahan kesombongan. Hidup bukan perlombaan, tapi perjalanan pulang menuju keheningan.

2. Bebas dari pamrih, jauh dari rasa takut. Masa  di mana tidak lagi terikat pada ambisi dunia, bahkan tidak takut kehilangan apa pun. Lebih realistis dan fokus pada aktivitas yang manfaat. Tidak perlu sibuk mencari pengakuan. Jadi diri sendiri yang tenang dan tidak tergoncang oleh pujian atau cacian.

3. Tidak mengharap imbalan, tapi sibuk berkarya. Sibuk mengabdi sambil berkarya, bukan untuk validasi tapi demi legacy (warisan nilai). Berkiprah di taman bacaan, berbuat tanpa mengharapkan balasan. Bekerja dalam diam, biarkan hasil bicara sendiri. Berikan ilmu dan nilai pada generasi masa depan.

4. Ilmu itu bermakna jika diamalkan. Mau setinggi apapun ilmu, ujungnya harus diamalkan. Memberi bukan berharap, abdikan ilmu dengan hati terbuka untuk orang banyak.

5. Jangan merasa paling... (sok berkuasa, tahu, kaya, benar). Tetaprendah hati, tidak sok paling benar, sok tahu apalagi sok berkuas. Semuanya ada waktunya. Makin tua usia, justru makin menunduk. Bukan karena kalah, tapi karena paham tidak ada gunanya berisik.

6. Jangan mudah kagetan, jangan mudah heran. Menjadi tua berarti menjadi teduh, tidak lagi meledak-ledak. Dolarang arogan kepada siapapun. Sebab tenang adalah kekuatan. Bicaralah seperlunya, pahami keadaannya, dan hindari orangnya.

7. Siapa yang menanam, pasti akan menuai. Hukum alam pasti berlaku, siapa yang menanam pasti akan menuai. Buah dari sikap, tindakan, dan doa yang pernah ditaburkan. Sejarah tdiak akan berbohong, hanya mulut manusia yang penuh dusta. Berbuatlah baik, bukan agar dibalas. Tapi agar hati tetap bersih karena itulah yang akan menemani  di akhir usia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun